Nationalgeographic.co.id - Bagi wanita yang sudah pernah melahirkan, tentu ingat betul bahwa dokter menyarankan untuk mengonsumsi suplemen agar terhindar dari kekurangan zat besi setelah prosesi melahirkan.
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini, berbagai cara pun dilakukan: alami maupun dengan bantuan suplemen. Di antara pilihan yang ada, banyak juga masyarakat yang memercayai plasenta bayi sebagai sumber zat besi. Benarkah kepercayaan ini?
Banyak tokoh masyarakat juga memberikan informasi serupa, tetapi sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan keyakinan tersebut. Satu penelitian memang menunjukkan bahwa plasenta yang keluar setelah proses kelahiran mengandung nutrisi, seperti serat, protein, kalium, hingga hormon termasuk estradiol dan testosteron.
Baca Juga : Belatung Digunakan Untuk Mengobati Tentara yang Terluka di Zona Perang
Untuk membuktikan pengaruh konsumsi plasenta terhadap kadar zat besi pada tubuh ibu, antropolog medis di University of Nevada Las Vegas (UNKV) melibatkan 23 wanita hamil sebagai subjek penelitian.
Setelah melahirkan, mereka dibagi menjadi dua kelompok: kelompok yang mengkonsumsi pil plasenta dan kelompok yang mengonsumsi pil plasebo (berisi daging sapi terhidrasi) setiap hari selama tiga minggu. Mereka juga menjalani tes darah sebelum dan sesudah melahirkan, serta pada minggu pertama dan ketiga pasca melahirkan.
Hasilnya? Tidak ada perbedaan signifikan kadar zat besi pada kelompok wanita yang mengkonsumsi pil plasenta dan pil plasebo. Kenyataannya, pil plasenta justru hanya menyediakan 24 persen zat besi dari jumlah yang direkomendasikan bagi wanita menyusui.
“temuan ini penting, karena beberapa wanita yang kekurangan zat besi mungkin bergantung pada pil plasenta sebagai satu-satunya sumber mineral non-makanan. Dengan melewatkan asupan suplemen zat besi biasa, mereka tidak akan mendapatkan nutrisi sesuai dengan jumlah yang mereka butuhkan,” ujar penulis utama studi, Laura Gryder,
Pendukung teori placentophagy ini juga mengklaim bahwa mengonsumsi plasenta dapat meningkatkan energi, suasana hati, produksi ASI, dan mempercepat penyembuhan pasca persalinan. Mereka juga merujuk fakta bahwa hampir semua mamalia memakan plasenta bayi mereka.
Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2015 di sebuah Universitas di Chicaho, menyimpulkan bahwa tidak ada hasil bukti yang cukup dari pendekatan mengonsumsi plasenta, bahwa plasenta dapat member manfaat kesehatan bagi para ibu.
Risiko mengonsumsi plasenta