Makan Plasenta Bisa Meningkatkan Kadar Zat Besi? Berikut Penjelasannya

By Gregorius Bhisma Adinaya, Kamis, 17 Januari 2019 | 09:00 WIB
Janin dan plasenta (Mohammed Haneefa Nizamudeen/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Bagi wanita yang sudah pernah melahirkan, tentu ingat betul bahwa dokter menyarankan untuk mengonsumsi suplemen agar terhindar dari kekurangan zat besi setelah prosesi melahirkan.

Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini, berbagai cara pun dilakukan: alami maupun dengan bantuan suplemen. Di antara pilihan yang ada, banyak juga masyarakat yang memercayai plasenta bayi sebagai sumber zat besi. Benarkah kepercayaan ini?

Banyak tokoh masyarakat juga memberikan informasi serupa, tetapi sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan keyakinan tersebut. Satu penelitian memang menunjukkan bahwa plasenta yang keluar setelah proses kelahiran mengandung nutrisi, seperti serat, protein, kalium, hingga hormon termasuk estradiol dan testosteron.

Baca Juga : Belatung Digunakan Untuk Mengobati Tentara yang Terluka di Zona Perang

Untuk membuktikan pengaruh konsumsi plasenta terhadap kadar zat besi pada tubuh ibu, antropolog medis di University of Nevada Las Vegas (UNKV) melibatkan 23 wanita hamil sebagai subjek penelitian.

Setelah melahirkan, mereka dibagi menjadi dua kelompok: kelompok yang mengkonsumsi pil plasenta dan kelompok yang mengonsumsi pil plasebo (berisi daging sapi terhidrasi) setiap hari selama tiga minggu. Mereka juga menjalani tes darah sebelum dan sesudah melahirkan, serta pada minggu pertama dan ketiga pasca melahirkan.

Hasilnya? Tidak ada perbedaan signifikan kadar zat besi pada kelompok wanita yang mengkonsumsi pil plasenta dan pil plasebo. Kenyataannya, pil plasenta justru hanya menyediakan 24 persen zat besi dari jumlah yang direkomendasikan bagi wanita menyusui.

“temuan ini penting, karena beberapa wanita yang kekurangan zat besi mungkin bergantung pada pil plasenta sebagai satu-satunya sumber mineral non-makanan. Dengan melewatkan asupan suplemen zat besi biasa, mereka tidak akan mendapatkan nutrisi sesuai dengan jumlah yang mereka butuhkan,” ujar penulis utama studi, Laura Gryder,

Ilustrasi plasenta (7activestudio/Getty Images/iStockphoto)

Pendukung teori placentophagy ini juga mengklaim bahwa mengonsumsi plasenta dapat meningkatkan energi, suasana hati, produksi ASI, dan mempercepat penyembuhan pasca persalinan. Mereka juga merujuk fakta bahwa hampir semua mamalia memakan plasenta bayi mereka.

Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2015 di sebuah Universitas di Chicaho, menyimpulkan bahwa tidak ada hasil bukti yang cukup dari pendekatan mengonsumsi plasenta, bahwa plasenta dapat member manfaat kesehatan bagi para ibu.

Risiko mengonsumsi plasenta

Selain belum adanya teori yang mendukung hal ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahkan menunjukkan bahwa mengonsumsi plasenta dapat berakibat bahaya bagi ibu dan bayi.

Laporan CDC mengungkap bahwa ibu yang mengonsumsi pil plasenta dapat mengembangkan bakteri kelompok B Streptococcus (GBS) dalam usus. Terlebih lagi, bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh sang anak.

Baca Juga : Bibit Tanaman yang Dibawa Rover Tiongkok Berhasil Tumbuh di Bulan

Tidak hanya pil plasenta, mengonsumsi plasenta "mentah" pun juga mengandung risiko bagi kesehatan. Anda bisa saja terkena infeksi, karena plasenta mentah sama seperti daging mentah yang mengandung banyak bakteri. Penyimpanan yang tidak tepat juga dapat membuat plasenta menjadi busuk.

Sedangkan mengonsumsi plasenta "matang" juga tidak disarankan. Pasalnya, berbagai virus dan bakteri harus dilawan dengan panas tertentu dan dalam durasi tertentu. Bahkan, CDC mengungkapkan bila plasenta dimasak dalam waktu lama, logam berat dan hormon dapat berkumpul di plasenta.

Meski begitu, bila Anda tertarik untuk mengonsumsi plasenta setelah proses persalinan, sangat dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.