Burai Ekowisata, Alternatif Wisata Sungai di Pinggiran Ogan Ilir

By National Geographic Indonesia, Senin, 28 Januari 2019 | 11:13 WIB
Desa Burai (Dok. Pertamina)

Masyarakat Desa Burai dengan keterampilannya. (Dok. Pertamina)

Dalam satu kunjungan singkat, Direktur Pembinaan Program Ditjen Migas yang diwakili Ismu Kurnianto mengapresiasi berbagai program kerja Asset 2 Prabumulih Field bersama SKK Migas. Ia mengapresiasi bentuk kerja nyata yang memfokuskan pada ekonomi kerakyatan.

Program CSR semacam ini, menurut Ismu, langsung menyentuh aktivitas masyarakat sekitar, termasuk bagaimana cara memasarkan beragam jenis produk industri rumah tangga seperti tenunan songket, kerupuk dan kemplang serta pengembangan kerajinan lainnya. Lambat laun masyarakat setempat makin maju dan berkembang. Ismu berharap bahwa Desa Wisata Burai dapat menjadi destinasi yang banyak dikunjungi orang, termasuk wisatawan lokal dan mancanegara.

Baca Juga : Setelah Sepuluh Tahun, Makam Firaun Tutankhamun Selesai Direstorasi

Demikian pun, Bu Eko sudah menunjukkan hasilnya. Pada Libur Hari Raya 2018 lalu ia sudah dikunjungi sampai 2.750 orang dan menghasilkan omset sekitar 20,4 juta rupiah hanya dari jasa penitipan motor dan mobil saja. Di sisi lain, estimasi omset dari wisata air, kuliner, dan kerajinan tangan, mencapai angka 320,5 juta rupiah.

Ketika berkunjung ke Bu Eko, para wisatawan dapat melihat rumah tradisional Burai atau Rumah Bari yang berusia 200 tahun lebih, juga mampir ke tempat-tempat bersejarah lainnya di Desa Burai. Kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah menghampiri rumah warga yang menjadi sentra kegiatan industri rumah tangga, seperti pembuatan tenunan songket, kerupuk dan kemplang, pembuatan pakan ikan.

Penulis: Ellen Saputri Kusuma