Demam Berdarah: Memanfaatkan Google Trends Sebagai Sistem Monitoring

By National Geographic Indonesia, Senin, 28 Januari 2019 | 13:43 WIB
Nyamuk Aedes Aegypti (LoveSilhouette/Getty Images/iStockphoto)

Untuk diadopsi memperkuat kebijakan, misalnya deteksi dini atau penentuan KLB dan Waspada, data Google Trends perlu dikonfirmasi dengan data resmi, baik di tingkat pusat dan daerah.

Soalnya, akurasi data di Google Trends juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya, penetrasi internet di wilayah, literasi digital, literasi kesehatan serta persepsi masyarakat terhadap penyakit akibat paparan media. Di samping itu, Google Trends baru menyediakan data frekuensi pencarian berdasarkan waktu dan tempat. Pada sistem surveilans penyakit, variabel yang penting lainnya adalah karakteristik orang, seperti kelompok umur, jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan faktor demografis lain.

Potensi data digital

Berbagai hasil penelitian mengenai penyakit menular lain seperti Zika, influenza, chikungunya, dan penyakit tidak menular seperti kanker menunjukkan potensi Google Trends untuk pemantauan penyakit. Kami berharap penelitian-penelitian ini menjadi referensi pembuatan kebijakan surveilans penyakit di era digital.

Tidak tersedianya data karakteristik orang bisa diatasi melalui pemanfaatan mahadata BPJS Kesehatan. Sistem elektroniknya yang menghimpun 215 juta peserta dan transaksi kesehatan di lebih dari 23 ribu fasilitas kesehatan dapat dipadukan untuk surveilans DBD. Saat ini, sekitar 3 juta orang yang telah mengunduh aplikasi mobile JKN dari BPJS Kesehatan. Jika di app tersebut tersedia fitur pencarian informasi kesehatan berbasis Google, kesenjangan data individu dalam Google Trends dapat teratasi.

Baca Juga : Enam Manfaat Membaca Buku Fiksi yang Perlu Anda Ketahui

Dalam konteks kebijakan berbasis bukti, salah satu tugas pemegang kebijakan adalah menerima bukti ilmiah, kemudian meneliti dan mengonfirmasi dengan bukti di lapangan. Memadukan Google Trends dengan sistem surveilans DBD diharapkan dapat memperkuat kebijakan sistem kewaspadaan dini dan program pencegahan DBD.

Pepatah bilang, lebih baik sedia payung sebelum hujan. Apalagi di musim hujan yang kondusif untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes pembawa virus dengue.

Atina Husnayain, Assistant Researcher at Department of Biostatistics, Epidemiology, and Population Health, Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada dan Anis Fuad, Lecturer, Department of Biostatistics, Epidemology and Population Health, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.