Koin Kuno Spanyol dan Kisah Rempah Wangi Cendana di Pulau Timor

By Agni Malagina, Jumat, 8 Februari 2019 | 10:00 WIB
Koin Spanyol di Desa Atapupu, milik keluarga Bitinberek yang merupakan keturunan keluarga kerajaan di Atapupu, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. (Feri Latief)

Nationalgeographic.co.id - Pulau Timor memiliki julukan Nusa Cendana atau Pulau-nya Cendana. Julukan ini terkait erat dengan perdagangan cendana sejak masa awal jalur rempah dunia dan setidaknya telah tercatat resmi pada kronik Cina abad 13 yang berjudul Zhu Fan Zhi yang selesai ditulis oleh Zhao Rugua sekitar tahun 1225.

Hingga abad 18, perdagangan cendana mayoritas dikuasai oleh pedangan dari Cina yang datang dari Malaka, sehingga keturunanya yang berada di Timor sering disebut Sina Mutin Malaka (Cina Putih dari Malaka).

Untuk memperlancar kegiatan pengumpulan cendana dari pedalaman Timor, para pedagang ini tak jarang menikahi putri-putri penguasa suku di wilayah setempat. Para lelaki yang datang dari budaya patriarki ini menjalani prosesi kawin masuk (sae nona) dan tidak menurunkan marganya pada anak-anaknya secara resmi karena keturunannya akan menggunakan marga sang ibu.

Baca Juga : Makam Serdadu dan Anjing Kesayangannya yang Dibantai Laskar Dipanagara

Perdagangan cendana Timor perlahan menurun akibat mulai berkurangnya lahan cendana dan penguasaan perdagangan cendana oleh pemerintah kolonial Belanda di Timor Barat. Sedangkan perdagangan cendana di Timor Timur mayoritas dikuasai oleh pemerintah kolonial Portugis. Namun,peran orang Cina di dalam keluarga bangsawan Timor masih tetap ada.

Hingga saat ini, beberapa nama keluarga aristokrat Timor Barat diketahui memiliki hubungan perkawinan turun temurun dengan orang Cina pada masa perdagangan cendana seperti marga Sally, Samara, Koliatin, Bitin Berek, Taolin, Puai, Halitaek, Pareira, Tiwu, Taolin.

Tak hanya nama bangsawan Timor, nama-nama Portugis pun kemudian diambil menjadi nama belakan keluarga keturunan Cina. Biasanya, nama belakang Portugis seperti Da Silva, Pareira, Da Costa merupakan nama Portugis yang digunakan oleh para bangsawan di Flores dan Timor setelah mereka dibabtis oleh para paderi Katolik yang datang dari Portugis. Sebagian dari mereka masih merayakan upacara tradisional Cina, yaitu Imlek, dengan cara sederhana dan memiliki rasa lokal Timor yang kental dengan aneka percampuran budaya Timor-Cina-Eropa.

Salah satu tampilan unik dari keluarga bangsawan adalah atribut perhiasan yang terbuat dari koin mata uang Spanyol. Bagaimana kisah perjalanan koin Spanyol itu?

Dalam sejarah numismatika di Indonesia, ketika bangsa Portugis datang pertama kali ke Nusantara, mereka juga membawa real Spanyol sebagai alat pertukaran. Pun ketika Belanda melalui VOC berhasil menguasai beberapa wilayah di Indonesia, mereka juga berdagang menggunakan real Spanyol. 

Mia Annisa (model) mengenakan kain tenun Timor wilayah Kabupaten Belu dan perhiasan dari koin kuna. Koin-koin kuna Spanyol dan Belanda banyak digunakan sebagai aksesoris di kalangan keluarga pemangku adat di Timor. (Feri Latief)

Penggunaan real Spanyol dalam sejarah numismatika di Indonesia tidak bisa lepas dari dominasi kerajaan tersebut pada medio abad ke 16. Kerajaan Spanyol menjadi kerajaan yang dominan pada saat itu, terutama karena kemampuan mereka dalam hal militer, wilayah kekuasaan, navigasi dan penjelajahan laut. Bersama dengan Portugis yang saat itu juga salah satu bangsa terkuat di Eropa, dengan semangat 3G, Gold, Gospel and Glory, mereka mengembara ke Timur Jauh.

Pada masa tersebut, dominasi Spanyol dalam hal ekonomi lebih kuat dari pada Portugis. Hal ini terlihat dalam penjelajahan Portugis yang tiba di Nusantara pada awal abad ke-16. Mereka membawa mata uang real Spanyol sebagai alat pembayaran.