Tahun Baru Imlek dan Perayaannya di Indonesia dari Masa ke Masa

By National Geographic Indonesia, Selasa, 5 Februari 2019 | 07:00 WIB
Remaja putri dengan gaun merah memasang hiasan kepala ala Dinasti Qing, menjelang Imlek di Atambua. (Feri Latief)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2014, tentang pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Keppres itu berisi tentang menghapus istilah "China" dan kembali ke istilah "etnis Tionghoa".

Menurut SBY, tidak adil apabila mereka yang sudah lahir, besar dan bekerja serta mengabdi di Indonesia masih mendapatkan streotype dengan penyebutan istilah etnis China atau Cina. Keppres Nomor 12 Tahun 2014 yang ditandatangani oleh SBY pada 14 Maret 2014 merupakan sebuah terobosan penting dalam upaya menciptakan suasana kehidupan yang bebas dari diskriminasi Ras dan Golongan.

Baca Juga : Tentang Sampah Plastik yang Menggantung di Sarang Burung Elang Paria

Masyarakat Tionghoa memiliki penilaian tersendiri terkait perayaan Imlek di era kepemimpinan Abdurrahaman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Ternyata, era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dianggap sebagai masa yang paling nyaman bagi masyarakat Tionghoa.

Hal ini diakui pula oleh Aktivis Forum Bersama Indonesia Tionghoa (FBIT) Andreas Laurends alias Liu Kuang Ming. "Masyarakat Suku Tionghoa Indonesia memandang era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah masa paling nyaman sepanjang sejarah Indonesia merdeka," dikutip dari wawancara terhadap Jaringnews.

Saat ini, lembaran sejarah politik Indonesia menampilkan perayaan seni dan tradisi budaya Tionghoa kembali semarak setelah sekian lama terkubur di bawah kekuasaan rezim Orde Baru. Ucapan "Gong Xi Fa Cai" makin bertebaran di ruang-ruang publik, seperti televisi, media cetak, dan media sosial.

Etnis Tionghoa merasakan kebebasan lantaran kebijakan yang menghormati pluralisme diberlakukan di era Presiden Abdurahman Wahid.

Sebuah mal di Jakarta menampilkan Teater Sie Djin Koei menyambut Imlek 2011. (Alex Pangestu/National Geographic Indonesia)

Tradisi dalam perayaan Imlek

Setelah adanya kebijakan menghormati Pluralisme yang diberlakukan sejak era kepemimpinan Abdurrahman Wahid, pernak-pernik Imlek saat ini mudah sekali kita temui ketika mendekati perayaan Imlek. Lalu apa saja tradisi yang biasa dilakukan saat merayakan Imlek?

1. Membersihkan rumah

Menyapu rumah berarti juga membersihkan rumah agar kotoran yang dianggap sebagai simbol kesialan disingkirkan, hingga tersedia ruang yang cukup untuk menampung keberuntungan. Rumah yang bersih juga sedap dipandang mata kan?