Gigi Bungsu Tidak Memiliki Fungsi dan Hanya Menyebabkan Masalah?

By National Geographic Indonesia, Selasa, 26 Februari 2019 | 09:00 WIB
Ilustrasi gigi bungsu yang dicabut. (alexisdc/Getty Images/iStockphoto)

Pertama, gigi bungsu yang mengalami impaksi mungkin menyebabkan masalah, tapi jarang sekali sampai membunuh kita. Bahkan jika mereka dulu menyebabkan kematian, evolusi yang akan membuang gigi bungsu harus memisahkan kita dari kumpulan gen sebelum kita memiliki anak. Pemisahan ini dapat menghentikan kita mewariskan gen yang mungkin mengalami impaksi gigi bungsu.

Baca Juga : Mengapa Kita Cenderung Ingin Mendengarkan Lagu Galau Ketika Sedih?

Namun, tidak mungkin ada “gen impaksi” spesifik di awal. Yang ada adalah beberapa faktor risiko penyebab impaksi, termasuk apa yang kita makan.

Ruang sempit

Alasan utama kita mengalami impaksi gigi bungsu adalah sedikitnya ruang yang di belakang tulang rahang. Tim kami menemukan ketika gigi bungsu tumbuh dan muncul sangat terlambat, kebanyakan ruang ini sudah dipenuhi dengan gigi geraham pertama dan kedua hingga gigi bungsu tidak dapat muncul ke atas lewat gusi.

Masalah terkait adalah pertumbuhan rahang dan panjang keseluruhannya. Jika rahang tidak tumbuh cukup panjang dan cukup cepat, gigi bungsu yang nanti tumbuh juga akan kekurangan tempat untuk muncul secara penuh atau bahkan tidak muncul sama sekali.

Namun, tidak semuanya karena sedikitnya ruang. Ilmuwan masih tidak bisa menjelaskan mengapa beberapa gigi bungsu bisa mengalami impaksi. Kita perlu cara baru agar dokter gigi dapat memprediksi gigi bungsu mana yang berisiko.

Gigi bungsu tumbuh paling lambat daripada gigi lain di tulang rahang Anda. (Lilkin/Getty Images/iStockphoto)

Makan makanan yang renyah

Berdasarkan yang kita ketahui, bisakah kita mencegah impaksi? Mungkin.

Kera jarang mengalami impaksi gigi bungsu. Hal ini juga berlaku untuk manusia yang mengkonsumsi makanan alami.

Rahang kita berevolusi untuk mengantisipasi stimulasi biomekanis dari makanan seperti kacang-kacangan, sayuran, dan daging mentah. Sekarang, kita cenderung makan makanan lembut yang sudah diproses seperti selai kacang lembut yang dioles di roti yang lembut juga. Hasilnya, dalam beberapa dekade terakhir, kita mungkin tidak memaksimalkan potensi tulang rahang yang kita punya.