Gigi Bungsu Tidak Memiliki Fungsi dan Hanya Menyebabkan Masalah?

By National Geographic Indonesia, Selasa, 26 Februari 2019 | 09:00 WIB
Ilustrasi gigi bungsu yang dicabut. (alexisdc/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Kakek-nenek dan orang tua kita sering bercerita tentang amandel mereka yang diangkat ketika masih kecil. Namun, bagi orang yang lahir pada 1960-an dan setelahnya, cerita operasi yang sering didengar adalah gigi geraham ketiga, atau gigi bungsu, yang dicabut.

Sebagai ilmuwan yang meneliti evolusi dan perkembangan bentuk muka dan gigi manusia dan binatang, tiap kali saya bertanya ke banyak orang dalam satu forum apakah gigi bungsu mereka pernah dicabut, setidaknya setengah dari mereka mengangkat tangan.

Banyak orang ingin berbagi cerita mengenai gigi bungsu mereka dan juga bertanya: Mengapa kita punya gigi bungsu? Mengapa mereka dicabut? Mengapa evolusi tidak membuangnya saja?

Baca Juga : Serangga Raksasa yang Diduga Sudah Punah, Ditemukan di Maluku

Manusia adalah primata. Kerabat terdekat spesies kita adalah kera Afrika, khususnya simpanse. Kera juga punya gigi bungsu, begitu juga monyet. Punya gigi bungsu hanya bagian dari warisan evolusi kita.

Evolusi gigi bungsu?

Sama seperti gigi lainnya, gigi bungsu tumbuh dari tulang rahang kita. Namun, gigi bungsu tumbuh paling terakhir jika dibandingkan dengan gigi lain.

Gigi geraham kedua mulai tumbuh saat berumur tiga tahun. Gigi bungsu sering belum tumbuh sampai umur sembilan tahun, tapi hal ini sangat bervariasi, mulai paling awal pada umur lima tahun dan paling akhir umur 15. Gigi bungsu akan mulai muncul keluar dari gusi antara umur 17 sampai 24 tahun, atau bahkan lebih tua.

Gigi yang muncul secara tidak benar dan masuk ke mulut Anda mengalami “impaksi”. Gigi yang mengalami “impaksi” dapat dihubungkan dengan masalah-masalah seperti penyakit gusi, kista, atau kerusakan pada gigi geraham kedua.

Bahkan ketika gigi bungsu muncul miring, mereka dapat berputar dan berpindah pada umur 20-an atau 30-an.

Gigi bungsu bukan hanya gigi yang paling sering mengalami impaksi, tapi juga gigi yang paling sering gagal tumbuh sama sekali.

Karena gigi bungsu tidak begitu penting bagi pertahanan hidup, orang banyak bertanya apakah evolusi dapat meninggalkan hal mengganggu ini. Sayangnya, tidak menurut saya.

Pertama, gigi bungsu yang mengalami impaksi mungkin menyebabkan masalah, tapi jarang sekali sampai membunuh kita. Bahkan jika mereka dulu menyebabkan kematian, evolusi yang akan membuang gigi bungsu harus memisahkan kita dari kumpulan gen sebelum kita memiliki anak. Pemisahan ini dapat menghentikan kita mewariskan gen yang mungkin mengalami impaksi gigi bungsu.

Baca Juga : Mengapa Kita Cenderung Ingin Mendengarkan Lagu Galau Ketika Sedih?

Namun, tidak mungkin ada “gen impaksi” spesifik di awal. Yang ada adalah beberapa faktor risiko penyebab impaksi, termasuk apa yang kita makan.

Ruang sempit

Alasan utama kita mengalami impaksi gigi bungsu adalah sedikitnya ruang yang di belakang tulang rahang. Tim kami menemukan ketika gigi bungsu tumbuh dan muncul sangat terlambat, kebanyakan ruang ini sudah dipenuhi dengan gigi geraham pertama dan kedua hingga gigi bungsu tidak dapat muncul ke atas lewat gusi.

Masalah terkait adalah pertumbuhan rahang dan panjang keseluruhannya. Jika rahang tidak tumbuh cukup panjang dan cukup cepat, gigi bungsu yang nanti tumbuh juga akan kekurangan tempat untuk muncul secara penuh atau bahkan tidak muncul sama sekali.

Namun, tidak semuanya karena sedikitnya ruang. Ilmuwan masih tidak bisa menjelaskan mengapa beberapa gigi bungsu bisa mengalami impaksi. Kita perlu cara baru agar dokter gigi dapat memprediksi gigi bungsu mana yang berisiko.

Gigi bungsu tumbuh paling lambat daripada gigi lain di tulang rahang Anda. (Lilkin/Getty Images/iStockphoto)

Makan makanan yang renyah

Berdasarkan yang kita ketahui, bisakah kita mencegah impaksi? Mungkin.

Kera jarang mengalami impaksi gigi bungsu. Hal ini juga berlaku untuk manusia yang mengkonsumsi makanan alami.

Rahang kita berevolusi untuk mengantisipasi stimulasi biomekanis dari makanan seperti kacang-kacangan, sayuran, dan daging mentah. Sekarang, kita cenderung makan makanan lembut yang sudah diproses seperti selai kacang lembut yang dioles di roti yang lembut juga. Hasilnya, dalam beberapa dekade terakhir, kita mungkin tidak memaksimalkan potensi tulang rahang yang kita punya.

Jika Anda masih tumbuh, Anda bisa berubah sekarang. Mulailah makan makanan yang lebih renyah atau yang perlu lebih banyak dikunyah seperti kacang dan sayuran mentah. Jika Anda punya anak, dorong mereka untuk makan makanan yang banyak menggerakkan rahang dari kecil mengingat hal ini sehat untuk dilakukan. Sementara sains belum dapat membuktikannya apakah hal tersebut dapat bekerja, tidak ada salahnya mencoba.

Masalah kesehatan publik?

Jutaan operasi pencabutan gigi bungsu dilakukan di seluruh dunia tiap tahunnya. Jumlah operasi pencabutan gigi bungsu ini malah lebih tinggi dari jumlah impaksi sendiri. Hingga sepertiga dari operasi ini tidak perlu dilakukan.

Operasi pencabutan punya akibatnya sendiri, termasuk cedera pada gigi sebelahnya, saraf, tulang rahang, dan sinus. Hal tersebut pemborosan besar terhadap waktu, tenaga, uang, rasa sakit, dan risiko yang bisa dihindari. Operasi tidak penting seperti ini adalah mengapa kita sudah tidak pernah lagi mengoperasi pengangkatan amandel anak-anak kita.

Gigi bungsu yang sehat dan muncul secara baik-baik saja bukan masalah besar bagi kebanyakan orang. Mereka mungkin hanya harus memperhatikan gigi yang sulit dijangkau ini lebih baik ketika menyikat gigi agar terhindar dari pembusukan.

Beberapa gigi bungsu yang mengalami impaksi juga tidak berisiko. Namun, yang lain dapat merusak gigi geraham kedua dan tulang rahang di sekitarnya, atau menyebabkan infeksi dan rasa sakit. Untuk kasus seperti ini, gigi bungsu perlu dicabut.

Baca Juga : Kaya Nutrisi dan Antioksidan, Inilah Empat Manfaat Buah Rambutan

Kapan seharusnya Anda mencabut gigi bungsu? Beberapa dokter bedah lebih suka mencabut gigi bungsu lebih awal, pada umur 16 atau 17, walau gigi geraham masih dapat berputar dan muncul dengan benar. Di sisi lain, mencabut gigi geraham ketika sudah lebih tua dapat berbahaya bagi orang tua, atau pasien yang sakit dan rapuh.

Menunggu dengan waspada mungkin pendekatan yang masuk akal, dan ini direkomendasikan oleh beberapa lembaga kesehatan, juga dokter gigi.

Gigi bungsu memang tidak benar-benar penting tapi mereka bukannya tidak berguna juga. Gigi bungsu berguna ketika kita makan. Mereka bagian dari tubuh kita, Gigi bungsu juga sebuah studi kasus menarik tentang bagaimana evolusi budaya dan pola makan manusia dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan manusia.

Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Reza Pahlevi.

Julia Boughner, Associate Professor, Evolutionary Developmental Anthropology, University of Saskatchewan

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.