Nationalgeographic.co.id – Sekelompok peneliti menemukan spesies serangga raksasa yang sudah tidak terlihat selama tiga dekade dan dianggap sudah punah.
Bulan lalu, tim ilmuwan dan ahli konservasi melakukan ekspedisi ke Maluku Utara untuk menemukan serangga Wallace (Megachile pluto), yang merupakan serangga terbesar dengan bentang sayap sekitar enam sentimeter.
Baca Juga : Diduga Punah 100 tahun lalu, Kura-kura Ini Muncul di Galapagos
Perlu waktu lima hari di Maluku sebelum peneliti berhasil menemukan lebah betina raksasa Wallace yang hidup pada sarang aktif di pohon setinggi 2,5 meter.
“Sangat menakjubkan melihat ‘buldog terbang’ ini. Apalagi, serangga tersebut sempat dikira sudah punah,” kata Clay Bolt, ahli konservasi sekaligus fotografer alam.
“Melihat betapa indah dan besarnya spesies ini, juga mendengar dengungannya secara nyata, sangat menakjubkan. Impian saya sekarang adalah memanfaatkan penemuan serangga Wallace sebagai simbol konservasi di Indonesia Timur,” imbuhnya.
Serangga serukuran ibu jari tersebut, memiliki nama yang diambil dari Alfred Russel Wallace, peneliti yang berkontribusi pada teori evolusi berdasarkan seleksi alam dan orang pertama yang menemukan lebah raksasa itu lebih dari satu abad lalu.
Alfred Russel Wallace mendeskripsikannya sebagai “serangga raksasa seperti tawon hitam dengan rahang yang sangat besar seperti kumbang rusa”.
Serangga Wallace terakhir kali terlihat pada 1981, ketika ahli entomologi, Adam Messer menggambarkan perilakunya untuk pertama kali. Diketahui bahwa tawon raksasa tersebut kerap menetap di sarang rayap, kemudian menggunakan mandibula untuk mengumpulkan damar pohon dan melapisi ‘tempat tinggal’-nya sebagai penghalang antirayap.
Tim peneliti mengatakan, penemuan kembali serangga Wallace memberikan harapan bahwa hutan dunia mungkin mengandung lebih banyak spesimen dari spesies langka tersebut. Atau, ada beragam spesies lain yang mungkin bersembunyi di wilayah-wilayah terpencil di dunia.
“Di tengah penurunan jumlah spesies global, sangat menyenangkan untuk menemukan hewan langka yang ternyata masih bertahan hidup,” kata Simon Robson, salah satu peneliti yang terlibat dalam ekspedisi.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR