Nationalgeographic.co.id - Dalam kerajaan hewan, penis bisa muncul dalam beragam bentuk dan ukuran. Biasanya, penis ditemukan pada spesies yang memiliki sperma.
Namun, dalam sebuah kasus unik pada serangga bersayap yang ditemukan di Afrika dan Brasil, betinanya yang bertelur memiliki penis--meski tidak mengeluarkan sperma.
Empat tahun lalu, sekelompok peneliti dari Jepang menemukan genus dari serangga ini di gua Brasil dengan beberapa organ seks yang aneh. Kini, para ilmuwan melakukan penelitian filogenetik pada tiga anggota suku serangga dalam urutan ini untuk memahami lebih jauh fungsi reproduksi masing-masing.
Dikenal dengan nama kutu buku, serangga kecil ini merupakan anggota ordo Psocoptera dan terkait erat dengan tiga genus Afrotrogla, Neotrogla, serta Sensitibilla.
Baca Juga : Miris, Ratusan Burung Hasil Buruan Diselundupkan dari Kalimantan
Betina dari genus Neotrogla memiliki bentuk seperti kait yang terlihat dan berfungsi layaknya penis. Sebaliknya, Neotrogla jantan justru tidak memiliki struktur seperti itu, yang ada hanya kantung kecil seperti vagina sebagai gantinya.
Berbeda dengan persenggamaan yang biasa terjadi, selama seks, sang betina menangkap jantan dengan penis berbentuk kaitnya, menggengam erat, kemudian menerima sperma dari pasangannya. Penis kait yang dimiliki betina tampaknya digunakan untuk mencegah jantan melarikan diri--itu bisa 'mengikatnya' selama 40 hingga 70 jam. Ya, serangga ini bisa melakukan seks selama 70 jam.
Secara ilmiah, 'penis' bukan istilah yang tepat untuk menggambarkan organ seks kutu buku. Peneliti menyebutnya dengan 'gynosome' untuk membedakannya dengan organ ejakulasi pada spesies jantan lainnya. Meski begitu, mereka memiliki fungsi yang sama: yaitu untuk membawa sel-sel seks berdekatan.
Meskipun sama-sama digunakan untuk penetrasi, tapi gynosome dari dua genus Neotrogla dan Afrotrogla berbeda. Pada Neotrogla, gynosome-nya memiliki ujung yang mengeras dengan struktur seperti balon tiup. Kebalikannya, gynosome Afrotrogla memiliki pinggiran yang mengeras, sama sekali tidak menyerupai organ yang ditemukan pada kerabatnya.
Yang lebih aneh, genus yang sangat dekat dengan Afrotrogla, yaitu Sensitibilla, sama sekali tidak berkaitan dengan penis 'aneh' ini. Mereka tetap berpegang pada peran gender tradisional.
Hasil inspeksi pada anatomi ketiga genera yang mirip ini, meyakinkan para peneliti bahwa struktur penis betina mereka berkembang secara independen. Itu meninggalkan misteri menarik: apa yang mendorong dua kelompok serangga ini berevolusi dengan struktur penis pada betinanya? Mengapa bisa berkebalikan dengan hewan-hewan lain yang ada di planet ini?
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR