Di Tengah Ancaman Kepunahan, Ini Foto-foto Menakjubkan Satwa Liar di Habitatnya

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 23 April 2019 | 09:00 WIB
Seekor sloth bergelantungan di cabang pohon di Taman Nasional Yasuni, Ekuador. Sifat jinaknya menjadikan sloth sasaran empuk bagi perdagangan hewan liar. (Lucas Bustamante/Nature Picture Library)

Nationalgeographic.co.id – Pada 2018, studi komprehensif memaparkan kenyataan yang terjadi pada orangutan di Bumi: sejak 1999, kita sudah kehilangan setengah dari populasi mereka. Lebih jelasnya, ada 150 ribu orangutan yang pergi dari hutan Kalimantan dan Sumatra–satu-satunya habitat liar mereka.

Orangutan masuk ke dalam kategori hewan terancam punah menurut International Union for the Conservation of Nature. Mamalia yang hidup di puncak pohon ini merupakan satu dari puluhan spesies lain, termasuk harimau Sumatra dan kukang Jawa, yang memiliki nasib suram. Populasi mereka menurun secara drastis sehingga mungkin bisa benar-benar hilang dari alam liar.

Alasan utama dari ancaman kepunahan tersebut adalah karena hewan-hewan ini kehilangan tempat tinggalnya. Menurut sebuah studi dari World Resources Institute, pada 2017, Bumi kehilangan 39 juta hektar tutupan pohon–hampir sama dengan luas Bangladesh.

Bencana alam seperti angin topan dan kebakaran hutan memang berperan, tetapi alih fungsi lahan pertanian lah yang menjadi faktor utama deforestasi dalam skala besar.

Baca Juga : Dihukum Atas Kesalahannya, Beruang Ini Dikurung di Penjara Manusia

Sejauh ini, hutan hujan Amazon mengalami kerugian paling parah. Sekitar 17% wilayah hutan telah ‘dibersihkan’ dalam 50 tahun terakhir untuk menciptakan lahan pertanian atau peternakan. Hewan-hewan yang terpengaruh akibat menyusutnya wilayah hutan ini meliputi monyet laba-laba pipi putih, Rio Branco, hingga jaguar.

Dan di Asia Tenggara, petak hutan di Kalimantan dan Sumatra telah dibuka untuk lahan penanaman kelapa sawit. Bagi hewan seperti orangutan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di puncak pohon, pembukaan lahan untuk kelapa sawit ini sangat menyakiti mereka.

Kondisi tersebut diperparah dengan fakta bahwa orangutan berkembang biak sangat lambat. Orangutan betina hanya melahirkan delapan tahun sekali sehingga populasinya sulit berkembang.

Selain itu, orangutan dan hewan hutan lainnya juga menghadapi ancaman perburuan. Ketika lahan dibuka dan jalanan dibangun melalui hutan tropis, pemburu mendapatkan akses yang lebih mudah ke kehidupan satwa liar. Banyak hewan yang dibunuh untuk dimakan dan diambil bagian tubuhnya, atau ditangkap untuk perdagangan liar.

Baca Juga : Cara Ilmuwan Selamatkan Orangutan dengan Teknologi Kamera Canggih

Berikut adalah beberapa foto satwa yang semuanya berjuang untuk bertahan hidup di tengah menyusutnya hutan yang menjadi habitat mereka.

Sebuah kamera jarak jauh berhasil menangkap gambar ocelot yang sedang berkeliaran di Taman Nasional Manu di Amazon Peru. Ocelot kerap diburu untuk mendapatkan kulit mereka. (Charlie Hamilton James/Nat Geo Image Collection)

Orangutan Tapanuli tertangkap kamera di habitatnya di Sumatra. Orangutan merupakan salah satu spesies terancam punah karena habitatnya rusak akibat deforestasi. (Tim Laman/Nat Geo Image Collection)

Lumba-lumba merah muda berenang di sungai Ariau di Amazon, Brasil. Berenang bersama spesies ini telah menjadi atraksi wisata populer di wilayah tersebut sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kesejahteraan dan kesehatan lumba-lumba. (Kevin Schafer/Nat Geo Image Collection)
 
Lumba-lumba merah muda berenang di sungai Ariau di Amazon, Brasil. Berenang bersama spesies ini telah menjadi atraksi wisata populer di wilayah tersebut sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kesejahteraan dan kesehatan lumba-lumba. (Kevin Schafer/Nat Geo Image Collection)

Tarsius di Cagar Alam Tangkoko-Duasudara di Sulawesi, Indonesia. Primata bermata besar ini rentan terhadap kepunahan--menghadapi ancaman seperti hilangnya habitat, polusi, dan perburuan. (Tim Laman/Nat Geo Image Collection)

Caiman yacare yang gambarnya diambil di Brasil ini, pernah sangat diburu untuk kulitnya hingga hampir punah. Pada 1992, pemerintah Brasil kemudian melarang perdagangan kulit binatang tersebut dan populasinya bisa diselamatkan. (Luciano Candisani/Nat Geo Image Collection)