Dua kereta yang mengiringi arak-arakan pemakaman Mayor Tan Tjin Kie. Arak-arakan upacara pemakaman ini terdiri atas sembilan kelompok yang panjangnya hampir satu kilometer. (Tan Gin Ho, Peringetan dari Wafatnja Majoor Tan Tjin Kie, Druk en Cliche's van G. Kolff & Co. B)
Biaya upacaranya mencapai ƒ70.000 yang nilainya sepadan dengan emas sekitar 10 kilogram—sekitar Rp5 milyar jika diukur dengan nilai uang sekarang.
Tan Tjin Kie dan istri bersama cucu-cucu dan cucu-cucu keponakan di Rumah Pesisir, sekitar pertengah (Tan Gin Ho, Peringetan dari Wafatnja Majoor Tan Tjin Kie, Druk en Cliche's van G. Kolff & Co. B)
Ahli sastra Jawa, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud (1899–1988), menjuluki Tan Tjin Kie sebagai “pelindung besar kesenian Jawa”.
Kereta jenazah Mayor Tan Tjin Kie tatkala meninggalkan rumah duka ke permakaman pribadinya di Dukusemar, Cirebon. (Tan Gin Ho, Peringetan dari Wafatnja Majoor Tan Tjin Kie, Druk en Cliche's van G. Kolff & Co. B)
Peti jenazah diangkut keluar dari rumah duka oleh 60 orang Tionghoa berbusana dan topong serba putih. Kemudian dengan cepat zonder ada suara, peti yang berkilau itu diangkut ke atas kereta jenazah. Kereta itu ditarik oleh 240 orang Tionghoa. “Perak-peraknja peti berkilat ketjorot oleh mata hari, lantas barisan militair kasih salvo.”