Prosesi Pemakaman Megah Sang Mayor Cina Pelindung Besar Kesenian Jawa

By Mahandis Yoanata Thamrin, Minggu, 5 Mei 2019 | 12:40 WIB
Dua kereta yang mengiringi arak-arakan pemakaman Mayor Tan Tjin Kie. Arak-arakan upacara pemakaman ini terdiri atas sembilan kelompok yang panjangnya hampir satu kilometer. (Tan Gin Ho, Peringetan dari Wafatnja Majoor Tan Tjin Kie, Druk en Cliche's van G. Kolff & Co. B)
“Mereka tahu itu daerah bekas kuburan sang mayor,” Sam menulis. “Nisannya ditemukan sudah menjadi pijakan melintas gorong-gorong.”

Rencana denah makam Tan Tjing Kie yang dibuat oleh Kwee Zwan Jam. (Tan Gin Ho, Peringetan dari Wafatnja Majoor Tan Tjin Kie, Druk en Cliche's van G. Kolff & Co. B)
 
 

Ketika zaman kemerdekaan," ungkap Agni Malagina, "makam-makam yang tanahnya luas dan cuma ada dua-tiga kuburan akhirnya diduduki warga.”

“Makam-makam kapitein atau mayor itu biasanya [berlokasi] di dekat rumahnya atau dimakamkan di tempat permakaman pribadi, bukan permakaman umum,” ujar Agni. Kompleks permakaman itu, imbuhnya, biasanya luas dan hanya berisi beberapa makam. “Ketika zaman kemerdekaan, makam-makam yang tanahnya luas dan cuma ada dua-tiga kuburan akhirnya diduduki warga.”

Kemegahan peradaban yang berakhir mengenaskan!

(Kisah ini terbit pertama kali dengan judul "Di Balik Pemakaman Megah Sang Mayor Cina di Cirebon" pada Rabu, 19 Agustus 2015 | 14:00 WIB)