Apa Saja yang Akan Terjadi Jika Manusia Tinggal di Mars? Berikut di Antaranya

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 21 Mei 2019 | 13:10 WIB
Astronot melangkah di daratan Mars dalam sebuah adegan dari serial televisi MARS National Geographic (Robert Viglasky/National Geographic Channel)

Nationalgeographic.co.id – Kekuatan evolusi telah membentuk setiap organisme di Bumi untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dan mereka yang mudah beradaptasi adalah yang paling bisa bertahan di planet ini.

Namun, apa jadinya jika manusia pindah ke planet lain? Masa depan apa yang menanti mereka apabila tinggal di Mars?

Scott Solomon, profesor biologi evolusi dari Rice University, yakin bahwa pemukim pertama di Mars mungkin memiliki adaptasi tertentu yang tidak dimiliki manusia Bumi.

Baca Juga: Berbeda dengan Bumi, Hujan di Saturnus dan Jupiter Menghasilkan Berlian

Mars bukanlah tempat yang ramah untuk ditinggali, apalagi menganggapnya seperti rumah. Planet Merah ini hanya memiliki sekitar 1/3 gravitasi Bumi–artinya kita bisa melompat lebih tinggi dan mengangkat beban lebih banyak di sana.

Namun, di sisi lain, tulang kita menjadi lebih rapuh. Ini akan memberikan komplikasi ekstra pada wanita yang juga mengalami penipisan kalsium saat hamil dan menopause. Kehamilan sendiri akan menjadi sangat sulit dan berbahaya.

Meski begitu, bisa jadi adaptasi justru membuat tulang kita lebih padat dan menangkal efek gravitasi rendah.

“Evolusi yang lebih cepat atau lambat bergantung pada seberapa banyak keuntungan yang dimiliki saat mutasi tertentu,” ungkap Solomon.

“Jika mutasi muncul pada orang-orang yang tinggal di Mars, itu akan memberikan mereka keuntungan bertahan hidup sebanyak 50%. Artinya, setiap individu nantinya akan mewariskan gen-gen tersebut dengan lebih tinggi,” paparnya.

Ilustrasi planet Mars dengan Bulan dan Bumi sebagai latar belakang. (Pitris/Getty Images/iStockphoto)

Isu lain yang muncul saat tinggal di Mars adalah radiasi. Planet ini belum mempunyai medan magnet pelindung seperti Bumi. Jadi, orang-orang yang berada di permukaannya akan terpapar radiasi sebanyak 500 milisievert setiap tahun.

Jumlah ini sepuluh kali lebih tinggi dari ambang batas radiasi bagi orang-orang yang bekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir. Juga dua kali lebih besar dari astronaut yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Peningkatan radiasi tentu akan memengaruhi laju mutasi pada DNA manusia Mars. Beberapa mutasi mungkin mengarahkan kepada adaptasi baru, tapi mayoritasnya juga bisa saja terkena kanker dan leukemia.

Adaptasi yang bisa terjadi untuk memerangi radiasi adalah dengan mengembangkan warna kulit baru. Manusia menggunakan melanin, yang memberikan pigmen gelap pada rambut dan kulit, untuk melawan sinar ultraviolet Matahari­. Sementara itu, spesies lain menggunakan karoten. Manusia di Mars mungkin memiliki senyawa yang sama sekali berbeda dari keduanya.

Selain itu, cara nyata untuk mengurangi radiasi adalah dengan membangun pangkalan bawah tanah di mana permukaan planet dapat bertindak sebagai perisai. Namun, hal ini pun dapat mengarahkan ke adaptasi lainnya lagi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tinggal di dalam ruangan berkontribusi pada masalah rabun dekat. Hidup di bawah tanah untuk menghindari radiasi berarti meningkatkan risiko rabun bagi manusia Mars.

Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Kondisi Bulan yang Menyusut dan 'Gemetar'

Evolusi mereka mungkin juga dibentuk oleh sesuatu yang kita tidak ingin bawa dari Bumi: mikrob. Meskipun tidak ada pesawat ruang angkasa yang steril (ISS pun penuh dengan mikroorganisme), tapi dengan membawa mikrob ke Mars dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Jika hal tersebut terjadi, maka kontak antara penduduk Bumi dan Mars harus dikontrol dengan ketat. Orang-orang dari Bumi bisa saja menyebarkan infeksi berbahaya yang menimbulkan kematian bagi manusia Mars.

Hingga kini, belum ada satu pun misi mengirim manusia ke Mars yang berhasil dilakukan. Peneliti bahkan masih dalam proses memetakan masa depan di luar Bumi.

Oleh sebab itu, kita memiliki banyak waktu untuk menunggu dan melihat apakah teori-teori adaptasai yang dipaparkan Solomon tadi benar atau tidak.