Mangkunagara VII berkirab mengelilingi keraton bersama rakyatnya demi mendoakan keselamatan Ratu Wilhelmina dan Negeri Belanda.
Kisah pengalamannya jelang tutupnya Hindia Belanda itu diterbitkan dalam buku bertajuk Vaarwel, Tot Betere Tijden pada 1974. Edisi berbahasa Indonesia diterbitkan penerbit Djambatan pada 1988. Banyak buku harian atau catatan semasa yang berkisah tentang masa-masa ketegangan jelang Jepang menaklukkan Hindia Belanda atau kesaksian para penyintas tawanan perang. Namun, sungguh jarang catatan semasa yang merekam kesaksian tentang timbang hati bumiputra ketika awal Perang Dunia Kedua mencengkeram Eropa.
Sejarah mencatat jalannya sumbu mesiu Perang Dunia Kedua, yang bermula saat penyerbuan Jerman ke Polandia pada 1939, pada akhirnya merembet juga ke Belanda. Pada Jumat, 10 Mei 1940, Nazi Jerman melancarkan serbuan ke Belanda. Empat hari kemudian negeri kincir angin itu resmi takluk.Ratu Wilhelmina, sebagai pemegang pemerintahan Kerajaan Belanda, pun mengungsi ke London, Inggris.
Dampaknya bagi Hindia Belanda, pemerintah segera memberlakukan undang-undang darurat perang dan membekukan berbagai pertemuan politik warganya. Jam sekolah diperpendek karena pasokan guru-guru dari Belanda terhenti karena perang. Ketika itu wajib militer menjadi hal yang utama ketimbang harus mengajar di Hindia Belanda.
Baca juga: Kota Cimahi Simpan Monumen Junyo Maru, Petaka Laut Perang Dunia Kedua