Hujan Kian Jarang Datang, Kita Bakal Hadapi Tahun Terpanas dalam Sejarah. Apa Dampaknya Bagi Kita?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 3 Juli 2019 | 13:29 WIB
Benarkah bumi akan segera kekurangan air? (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id - Bulan Juni telah habis. Hujan semakin jarang datang. Suhu pun udara terasa makin panas. Rupanya, peneliti telah memprediksi tahun 2019 menjadi tahun terpanas dalam sejarah manusia.

Para peneliti juga telah mengingatkan tahun 2019 akan terjadi El Nino. Catatan data dari Climate Predicition Center di National Oceanic and Atmospheric Administration hingga akhir Februari, 80% El Nino penuh telah dimulai.

Jurnal Geophysical Research Letters juga memperkuat fakta yang menyatakan bahwa dampak El Nino semakin memburuk di beberapa tahun terakhir akibat perubahan iklim. Dampaknya pun akan semakin parah apabila suhu Bumi terus meningkat.

Baca Juga: Persiapan Naik Haji Saat Musim Panas, Ini Tips Hindari 'Heat Stroke'

"Dengan El Nino, sangat mungkin 2019 menjadi tahun terpanas," ujar Samantha Stevenson, ilmuwan iklim di University of California, Santa Barbara.

ilustrasi Bumi (ipopba)

Tahun-tahun terpanas di Bumi telah terjadi dalam empat tahun terakhir, yaitu 2015-2018. Dipicu oleh peningkatan emisi karbon dioksida yang memerangkap panas dan telah melebihi rekor.

Iklim Bumi lebih hangat dari rata-rata abad ke-20 selama 406 bulan terakhir. Artinya, tidak ada orang di bawah usia 32 tahun yang pernah mengalami dingin seperti di masa tersebut.

"Pemanasan yang meningkat akan memengaruhi kesehatan manusia, serta akses ke makanan dan air tawar. Itu juga bisa menyebabkan kepunahan hewan dan tumbuhan, merusak kehidupan terumbu karang dan makhluk laut," kata Elena Manaenkova, Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO).

Baca Juga: India Alami Panas Ekstrem, Warga Lakukan Ritual Mengawinkan Kodok untuk Meminta Hujan

 

Suhu Bumi pada 2012-2016 semakin panas -- ditandai dengan warna merah yang cukup banyak di beberapa (Gita Laras Widyaningrum)