Hujan Kian Jarang Datang, Kita Bakal Hadapi Tahun Terpanas dalam Sejarah. Apa Dampaknya Bagi Kita?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 3 Juli 2019 | 13:29 WIB
Benarkah bumi akan segera kekurangan air? (Thinkstock)

Ilustrasi bumi yang semakin memanas (bedneyimages via freepik.com)

Bahaya panas

Dunia yang menghangat berarti akan ada kerusakan ekstrem dan cuaca berbahaya seperti gelombang panas, kebakaran, kekeringan, banjir dan badai ganas.

Pada 2018, ada lebih 70 badai tropis di Belahan Bumi Utara. Jumlah ini meningkat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 53. Badai kuat dan merusak ini diketahui membawa kehancuran di Kepulauan Mariana, Filipina, Vietnam, Korea, dan Tonga.

Baca Juga: Suhu Mencapai 48°C, India Hadapi Panas Ekstrem yang Membahayakan Nyawa

Peta menunjukkan perkembangan El Nino tahun 1997 (kiri) dan 2014 (kanan). Arsiran kecokelatan menunj (Editor)

Gelombang panas 2018 juga menurunkan produktivitas manusia secara signifikan. Sebab, orang-orang harus berada di rumah selama beberapa hari karena terlalu berisiko jika beraktivitas di luar ruangan. Sebanyak 153 jam kerja musnah akibat gelombang panas tahun ini.

La Nina, kebalikan dari El Nino, membentuk siklus alam yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan hingga tiga tahun. Ketika itu terjadi, pola cuaca di seluruh duni akan terpengaruh.

Baca Juga: Suhu Panas Memengaruhi Kesuburan Hewan, Bagaimana dengan Manusia?

Ilustrasi pemanasan global (Ekaterina_Simonova)

Menimbulkan berbagai dampak pada hasil panen, kelaparan, risiko kebakaran, pemutihan karang, dan cuaca ekstrem.

Peneliti mengatakan, dampak dari El Nino maupun La Nina saat ini, lebih parah dari 20 tahun sebelumnya akibat suhu yang menghangat.

Ketika El Nino membawa hujan dan suhu yang lebih dingin di selatan AS, itu akan membawa panas dan kekeringan di Australia, serta musim salju yang kering di tenggara Afrika dan utara Brasil.

Baca Juga: Pada Hari Pertama Musim Panas, di Wilayah Ini Justru Turun Salju