"Karakteristik gempa merata seperti itu, biasanya (pusat) gempanya ada di bagian dalam dari zona subduksi. Atau istilah geologinya intra-slab," ujar Gayatri pada Jumat (2/8/2019).
Hal ini biasanya karena ada lempeng samudera yang pecah, retak, atau patah sehingga hiposenter agak dalam dan getarannya bisa terasa sampai ratusan bahkan mungkin ribuan kilometer.
Gayatri menerangkan, untuk karakteristik gempa dengan kedalaman seperti ini umumnya sesar tidak bisa dipetakan.
Baca Juga: Melalui Gempa Besar, Ilmuwan Ungkap ‘Gunung' di Bawah Permukaan Bumi
"Karena dia (patahan) ada di bagian bawah zona subduksi, jadi gempa justru terjadi di batas-batas lempeng yang robek di bawah itu. Sehingga sesarnya sendiri tidak bisa dipetakan karena dia di lempeng samudera," papar Gayatri.
Gayatri menyebut, gempa di lempeng samudera memiliki karakteristik "lebih liat". Istilahnya, tidak membentuk patahan yang konsisten atau bergerak. "Ini agak beda dengan gempa megathrust," ungkap dia.
Mungkinkah terjadi gempa susulan? Gayatri menerangkan, gempa yang terjadi di zona intra-slab jarang memunculkan gempa susulan. Ini karena di intra-slab sedikit lebih liat dan hiposenter cukup dalam.
Baca Juga: Surabaya dan Jakarta, Kota Mana yang Lebih Baik Tangani Sampah?
"Gempa ini tidak seperti gempa di atas (gempa dangkal) yang memiliki sesar-sesar kecil dan menimbulkan gempa-gempa susulan yang kecil (kekuatannya)," jelas Gayatri.
"Kalau gempa di bawah (dalam) cenderung lebih cepat recovery atau lebih cepat kembali ke posisi awal. Sehingga gempa susulan tidak banyak, berbeda dengan gempa yang sesar," tukas dia.
Gayatri juga menyinggung, gempa dengan kedalaman 48 kilometer ini tidak akan menimbulkan tsunami. (Gloria Setyvani Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Gempa Banten Tak Berpotensi Tsunami, Menurut Ahli UGM"