Cara Analisis Manual, Ahli Gempa Jelaskan Alasan Getaran Gempa Banten Juga Dirasakan Hingga Banyuwangi dan Mataram

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Sabtu, 3 Agustus 2019 | 08:52 WIB
Warga dan pasien berada di luar Rumah Sakit Malimping, Lebak, Banten, Jumat (2/8/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa tersebut memiliki Magnitudo 7,4 dan berpusat di wilayah barat daya Sumur, Banten. (AMTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

Nationalgeographic.co.id - Gempa Banten telah membuat kepanikan terjadi di wilayah terdampak. Bahkan, warga Jakarta berada ratusan kilometer dari pusat gempa berhamburan, terutama mereka yang ada di gedung-gedung tinggi. 

Pada keterangan awal yang dikeluarkan pada Jumat (2/8/2019) Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofiska (BMKG), gempa yang terjadi pukul 19.03 WIB itu berkekuatan M 7,4 dengan pusat di 147 km arah barat daya Sumur, Banten. Keterangan itu juga menyebutkan bahwa kedalaman gempa 10 kilometer dengan potensi tsunami.

Namun, setelah dilakukan sejumlah pemutakhiran, terdapat sejumlah revisi mengenai keterangan gempa itu. "Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki magnitudo awal M 7,4 selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi magnitudo M 6,9," ungkap Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.

Baca Juga: Misteri Alam yang Belum Terungkap: Bisakah Burung Mendeteksi Gempa?

Warga dan pasien berada di luar Rumah Sakit Malimping, Lebak, Banten, Jumat (2/8/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa tersebut memiliki Magnitudo 7,4 dan berpusat di wilayah barat daya Sumur, Banten. (AMTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

Tak hanya kekuatannya yang berbeda, Daryono juga menyebut kedalaman gempa yang berbeda dari hasil analisis awal. Dalam analisisnya, Daryono mengatakan kedalaman gempa 48 km. "Episenter lindu tersebut terletak pada koordinat 7,32 LS dan 104,75 BT, atau tepatnya, berlokasi di laut pada jarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, pada kedalaman 48 km," ujarnya.

Seperti yang diketahui, sebelumnya, dalam narasi yang beredar, gempa pukul 19.03 WIB berada pada kedalaman 10 kilometer. "Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-Australia," kata Daryono.

Baca Juga: Melacak Sejarah Gempa dan Tsunami Purba dalam Mitos Nyi Roro Kidul

Karyawan berada diluar gedung perkantoran sesaat setelah terjadi gempa di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (2/8/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa tersebut memiliki Magnitudo 7,4 dan berpusat di wilayah barat daya Sumur, Banten. ANTARA FOTO/Narasi.Tv/Dwi Prase (AMTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik," sambungnya. Dalam pantauan BMKG, guncangan gempa ini dirasakan di Lebak dan Pandeglang IV-V MMI; Jakarta III-IV MMI; Bandung, Serang, Bekasi, Tangerang, Bandar Lampung, Purwakarta, Bantul, Kebumen, II-III MMI; Nganjuk, Malang, Kuta, Denpasar, II MMI. 

Gempa Banten ini terasa cukup lama di Jakarta, Lampung, Yogyakarta, Banyuwangi, sampai Mataram. Dalam kesempatan terpisah, Gayatri Indah Marliyani, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Univertasi Gadjah Mada (UGM), mengatakan, sebaran getaran gempa tidak hanya terasa sampai Yogyakarta, Banyuwangi, tapi juga sampai Mataram.

Baca Juga: Gunung Berapi Mampu Hentikan Gempa, Peneliti Menemukannya di Jepang

Karyawan berada diluar gedung perkantoran sesaat setelah terjadi gempa di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (2/8/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa tersebut memiliki Magnitudo 7,4 dan berpusat di wilayah barat daya Sumur, Banten. (ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

"Karakteristik gempa merata seperti itu, biasanya (pusat) gempanya ada di bagian dalam dari zona subduksi. Atau istilah geologinya intra-slab," ujar Gayatri pada Jumat (2/8/2019).

Hal ini biasanya karena ada lempeng samudera yang pecah, retak, atau patah sehingga hiposenter agak dalam dan getarannya bisa terasa sampai ratusan bahkan mungkin ribuan kilometer.

Gayatri menerangkan, untuk karakteristik gempa dengan kedalaman seperti ini umumnya sesar tidak bisa dipetakan.

Baca Juga: Melalui Gempa Besar, Ilmuwan Ungkap ‘Gunung' di Bawah Permukaan Bumi

Karyawan berada diluar gedung perkantoran sesaat setelah terjadi gempa di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (2/8/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa tersebut memiliki Magnitudo 7,4 dan berpusat di wilayah barat daya Sumur, Banten. ANTARA FOTO/Narasi.Tv/Dwi Prase (AMTARA FOTO/WAHYU PUTRO A)

"Karena dia (patahan) ada di bagian bawah zona subduksi, jadi gempa justru terjadi di batas-batas lempeng yang robek di bawah itu. Sehingga sesarnya sendiri tidak bisa dipetakan karena dia di lempeng samudera," papar Gayatri.

Gayatri menyebut, gempa di lempeng samudera memiliki karakteristik "lebih liat". Istilahnya, tidak membentuk patahan yang konsisten atau bergerak. "Ini agak beda dengan gempa megathrust," ungkap dia.

Mungkinkah terjadi gempa susulan? Gayatri menerangkan, gempa yang terjadi di zona intra-slab jarang memunculkan gempa susulan. Ini karena di intra-slab sedikit lebih liat dan hiposenter cukup dalam.

Baca Juga: Surabaya dan Jakarta, Kota Mana yang Lebih Baik Tangani Sampah?

Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif (kiri) bersama pegawai KPK lainnya keluar dari gedung KPK saat terjadi gempa di Jakarta, Jumat (2/8/2019). BMKG merilis peringatan dini tsunami akibat gempa tektonik dengan Magnitudo 7,4 SR di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa pada Jumat (2/8) pukul 19.03 WIB yang (ANTARA FOTO/INDRIANTO EKO SUWARS)

"Gempa ini tidak seperti gempa di atas (gempa dangkal) yang memiliki sesar-sesar kecil dan menimbulkan gempa-gempa susulan yang kecil (kekuatannya)," jelas Gayatri.

"Kalau gempa di bawah (dalam) cenderung lebih cepat recovery atau lebih cepat kembali ke posisi awal. Sehingga gempa susulan tidak banyak, berbeda dengan gempa yang sesar," tukas dia.

Gayatri juga menyinggung, gempa dengan kedalaman 48 kilometer ini tidak akan menimbulkan tsunami. (Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com  dengan judul "Alasan Gempa Banten Tak Berpotensi Tsunami, Menurut Ahli UGM"