Merawat Ekosistem Kesusasteraan ala Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta

By Mahmud Zulfikar, Jumat, 16 Agustus 2019 | 07:36 WIB
Suasana Lab Ekosistem Sastra kelas Toko Buku Alternatif di KeKini, Cikini, Jakarta Pusat pada Selasa (13/8/2019). Pemateri adalah Teddy dan Maesy, pemilik Post bookshop. (Eva Tobing/DKJ)

JILF dilaksanakan pada 20-24 Agustus. Serangkaian acaranya sudah dimulai sejak April dengan berbagai diskusi mengusung isu-isu literasi terkini.

Salah satu rangkaian program JILF yang menarik adalah kelas agen sastra atau disebut dengan LES. Melansir dari Jilf.id, Lab Ekosistem Sastra (LES) dihadirkan untuk menanggapi kebutuhan kesusastraan Indonesia akan perkembangan jejaring pelaku industri buku.

Dikemas sebagai lokakarya yang dibina oleh praktisi-praktisi mumpuni, Lab Ekosistem Sastra bertujuan untuk melahirkan tokoh-tokoh baru yang menekuni dan bergiat sebagai agen literer atau menjadi perintis dan pengelola toko buku alternatif yang berkelanjutan.

Serupa merawat tanaman, LES bertujuan menyirami, memupuki, dan menuai panen pelaku jejaring industri buku seperti penulis, penerjemah, dan toko buku independen.

toko buku Post di Pasar Santa, Jl. Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tempatnya yang kecil dan terselip di tengah pasar tidak menjadikannya sunyi pengunjung (Instagram @maesy_ang)

Serunya, program ini bisa diikuti oleh berbagai kalangan muda dari usia 21-35 tahun dengan gratis!

LES dimulai dari Selasa (13/8/2019) hingga Jumat (16/8/2019) di Ke:kini ruang bersama, Cikini, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Nh. Dini Meninggal Dunia, Foto Kecelakaan yang Merenggut Nyawa Sang Sastrawan pun Viral

Program LES yang paling unik adalah kelas Toko Buku Alternatif. Kelas ini sangat representatif melihat pertumbuhan toko buku independen yang sangat organik.

"Sebuah kota tidak akan disebut 'kota' jika tidak memiliki toko buku independen," begitu tulis Post di salah satu jendela tokonya.  

Toko buku independen adalah alternatif dari toko buku fisik besar yang jenuh dan membosankan.

Mengusung semangat “berbagi” pengalaman membaca, selain menjual buku, toko buku alternatif menyediakan acara-acara kreatif dalam merawat lingkungan berpikir sehat.

“Tidak ada rumus dan konsep khusus mendirikan toko buku alternatif. Dengan kecintaan kami terhadap buku-buku, harapannya toko buku alternatif bisa jadi stimulan ekosistem buku yang semarak.” Ucap Maesy Ang, pemilik Post bookshop.