Ayo Kenali Tiga Tokoh yang Mengibarkan Bendera Merah Putih Untuk yang Pertama Kali

By Mahmud Zulfikar, Kamis, 15 Agustus 2019 | 17:16 WIB
Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, Cikini, Jakarta. (Frans Mendur)

Nationalgeographic.co.id 17 Agustus Tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka, nusa dan bangsa, hari lahirnya Bangsa Indonesia. Merdeka.”

Lagu kebangsaan ini akan ikut memeriahkan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 75, pada 17 Agustus 2019 mendatang.

Momen yang selalu kita tunggu-tunggu sebagai ajang merayakan kedaulatan Negara Indonesia.

Pada saat itu, 17 Agustus 1945, kita melaksanakan upacara dan pembacaan teks proklamasi yang pertama setelah berpuluh-puluh tahun menderita dalam tikaman koloni.

Tapi, apakah sahabat mengetahui siapa saja sosok yang mengibarkan bendera Indonesia untuk pertama kali?

Ada tiga orang yang bertugas mengibarkan bendera saat itu. Siapa saja mereka? Berikut jawabannya:

  1. Latief Hendraningrat

Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat, lahir di Jakarta pada 15 Februari 1911, merupakan seorang prajurit Pembela Tanah Air (PETA). Di masa pendudukan Jepang, Latief aktif dalam pelatihan militer yang didirikan oleh Jepang. Dan tegabung dalam organisasi tentara bentukan Jepang, Pembela Tanah Air (PETA).

Baca Juga: Kezaliman Terhadap Jurnalis di Awal Kemerdekaan Republik Indonesia

Karena kelihaiannya, sepak terjang Latief di militer dinilai membanggakan. Ia pernah juga menjabat komandan kompi dan berpangkat Sudanco. Pangkat ini berada di bawah pangkat tertinggi pribumi ketika itu, yaitu Daidanco atau komandan batalion.  

Ketika berita kekalah Jepang oleh sekutu terdengar Indoneisa, bagi kalangan muda momentum ini dianggap sebagai kesempatan bagi Soekarno dan Hatta untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Mereka kemudian menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok dan mendesak Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Upaya ini berhasil hingga akhirnya pembacaan proklamasi dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945.  

Upacara penaikan bendera sang merah putih di halaman gedung pegangsaan timur 56 (Gedung Proklamasi). Tampak antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Let,Kol. Latief Hendraningrat (menaikkan bendera) Ny. Fatmawati Sukarno dan Ny.S.K Trimurti. ((Dok. Kompas))

Latief Hendraningrat termasuk orang yang mempunyai peran dalam peristiwa bersejarah ini.  

Latief adalah orang yang dipercaya mengamankan lokasi sebelum acara pengibaran bendera di mulai. Ia menempatkan prajuritnya di sekitar Pegangsaan dan mengamankan jalannya acara penting itu.

Setelah pembacaan naskah proklamasi oleh Soekarno, dilakukan pengibaran bendera Merah Putih.  Ketika itu, Latief memakai seragam tentara Jepang karena merupakan pasukan PETA. Ia bersama Suhud Sastro Kusumo mengibarkan bendera Merah Putih pertama setelah proklamasi kemerdekaan.  

Baca Juga: Bagaimana Cara Belanda Menanggapi Sejarah Kemerdekaan Indonesia?

  1. Suhud Sastro Kusumo  

Suhud lahir pada 1920. Dia merupakan anggota Barisan Pelopor bentukan Jepang. Saat upacara proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Suhud turut bertugas sebagai pengibar bendera.  

Pada 14 Agustus 1945, Suhud dipercaya menjaga keluarga Soekarno dari berbagai macam gangguan. Dua hari kemudian, 16 Agustus 1945, Soekarno dibawa oleh Soekarni dan Chaerul Saleh ke suatu tempat yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.   

Saat itu, Suhud tidak curiga terhadap Soekarni dan Chaerul Saleh yang membawa Soekarno. Dan tidak menganggapnya sebagai suatu penculikan.

Malam harinya, Soekarno kembali ke rumah dan persiapan proklamasi kemerdekaan mulai dilakukan dengan matang. Pimpinan kawedanan dan kecamatan sudah dikoordinasi.

Suhud diperintahkan mempersiapkan tiang bendera. Tiang ini kemudian digunakan untuk mengibarkan sang saka Merah Putih.  

Suhud bertugas membentangkan bendera yang kemudian ditarik oleh Latief.  

Baca Juga: Pengamanan Informasi Rahasia Pada Awal Kemerdekaan Indonesia

  1. Surastri Karma (SK) Trimurti  

SK Trimurti lahir di Boyolali, Jawa Tengah, pada 11 Mei 1912. Ia menjalani pendidikan dasar di Noormal School dan AMS di Surakarta. Setelah itu, melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Selama masa pergerakan, SK Trimurti aktif di Partai Indonesia (Partindo).

Ia juga berkarier sebagai guru sekolah dasar. Berprofesi sebagai guru tak menghentikannya tetap berkarya melalui tulisan. SK Trimurti sempat dipenjara karena mendistribusikan leaflet anti-kolonial.

Selama di penjara, tulisan yang dihasilkannya justru semakin kritis. Setelah menikah dengan Sayuti Melik, ia bersama Sayuti mendirikan Koran Pesat di Semarang, yang sempat dibredel pada masa penjajahan Jepang.

Saat proklamasi kemerdekaan, bersama Latief dan Suhud, ia turut bertugas sebagai pengibar bendera.

SK Trimurti pernah menjadi Menteri Tenaga Kerja pertama di Indonesia di bawah Perdana Menteri Amir Syarifudin yang menjabat pada 1947-1948. Setelah itu, dia aktif dalam organisasi perempuan yang didirikannya, Gerwis, yang pada 1950 berubah menjadi Gerwani.

SK Trimurti pernah dipenjara karena tuduhan Gerwani dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). (Kompas.com/ Aswab Nanda Pratama)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Tiga Pengibar Merah Putih Saat Proklamasi 17 Agustus 1945”.