Nepal Larang Penggunaan Plastik Sekali Pakai di Sekitar Everest

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 27 Agustus 2019 | 14:14 WIB
Beberapa sampah yang ditinggalkan di Everest. (Damian Benegas/AFP )

Nationalgeographic.co.id - Pemerintah Nepal berusaha memerangi tumpukan sampah di Gunung Everest dengan melarang penggunaan plastik sekali pakai di sekitar gunung tertinggi di dunia tersebut.

Semua botol kemasan minuman bersoda dan produk plastik lainnya dengan ketebalan kurang dari 30 mikron, dilarang berada di pedesaan Khumbu Pasang Lhamu–wilayah di sekitar gunung Everest. Kebijakan ini mulai berlaku pada 1 Januari 2020. 

Baca Juga: Mengkhawatirkan, Area Hutan Amazon yang Terbakar 28 Kali Luas Jakarta

Adanya peraturan ini diharapkan dapat membatasi plastik yang dibawa oleh para pendaki. Juga mencegah toko-toko lokal untuk menggunakan kantung plastik sekali pakai.

Tahun ini, tercatat ada lebih dari 10 ton sampah di sekitar Everest. Dan pada tahun lalu, menurut Sagaramatha Pollution Control Committee, para relawan mengumpulkan lebih dari 32.000 kilogram sampah di Camp II, Gunung Everest. 

Pada 2013, Nepal meminta deposit sebesar 4.000 dollar AS kepada setiap kelompok pendaki. Deposit ini akan dikembalikan jika mereka membawa turun delapan kilogram sampah mereka. Namun ternyata, hanya setengah pendaki yang berhasil memenuhi syarat tersebut. 

Para pendaki Everest dengan sampah-sampah mereka. (Damian Benegas/AFP)

Baru-baru ini, es yang mencair di Everest telah mengungkap mayat pendaki yang kehilangan nyawa di sana. Yang menyedihkan, beberapa di antaranya tertutup sampah manusia–menumpuk di gunung sejak pendakian pertama yang dilakukan Edmund Hillary pada 1953.

Para pendaki diketahui kerap meninggalkan ratusan botol oksigen, tenda, kaleng, crampon, dan kotoran manusia, yang mengancam gunung Everest serta hewan endemiknya seperti macan tutul salju, panda, beruang Tibet, dan banyak spesies burung. 

Baca Juga: Pembalut Sekali Pakai, Penyumbang Sampah yang Juga Berdampak Buruk Bagi Lingkungan

Peningkatan jumlah pengunjung–dari hanya 3.600 orang pada 1979 menjadi 25.000 di 2010–mungkin meningkatkan ekonomi penduduk lokal, tapi itu juga memberikan tantang tersendiri bagi konservasi di wilayah tersebut. 

Gunung Everest dan sekitarnya saat ini dilindungi oleh badan-badan lokal dan internasional, termasuk UNESCO.