Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan menyatakan bahwa gletser tertinggi di sekitar lereng gunung Everest menghangat lebih cepat dari yang seharusnya. Ia semakin rentan terhadap efek perubahan iklim.
Pengukuran yang dilakukan di bawah permukaan menunjukkan bahwa suhu es minimal hanya -3,3 derajat celsius. Memang masih dingin, tetapi angka ini menunjukkan bahwa es terdingin di gletser menghangat 2 derajat celsius daripada rata-rata suhu tahunan. Artinya, tidak lama lagi, ia akan segera mencair.
Menghangatnya gletser tidak hanya memiliki dampak pada Everest dan gunung-gunug serupa, tapi juga akan memengaruhi manusia yang tinggal di bawahnya. Sebagian besar es glasial yang berada di lereng Everest menjadi sumber air minum yang berharga bagi permukiman yang letaknya lebih rendah dari gunung.
Baca Juga : Menyedihkan, Hampir 150 Paus Berjajar dan Mati di Pantai Selandia Baru
Menggunakan mesin jet yang dimodifikasi untuk membuat lubang di es dengan air panas, tim peneliti EverDrill melakukan pembacaan suhu hingga 155 meter ke bawah permukaan, di ketinggian 5.200 meter pada Khumbu Glacier.
"Kisaran suhu yang kami ukur dari situs pengeboran di Khumbu Glacier lebih hangat dari yang kami harapkan," kata Duncan Quincey, pemimpin penelitian dari University of Leeds.
"Es yang menghangat rentan terhadap perubahan iklim. Sebab, peningkatan suhu sedikit saja dapat memicu pencairan," imbuhnya.
Baca Juga : Anjing Laut Terkontaminasi Mikroplastik, Diduga Melalui Rantai Makanan
Suhu yang lebih hangat di antara es menunjukkan peningkatan temperatur secara keseluruhan---dan itu dapat memicu pencairan ekstensif. Saat air menyerap panas lebih baik dibanding es, ia menciptakan umpan balik yang melelehkan es di sekitarnya,
Dengan kata lain, peningkatan suhu sedikit saja dapat menyebabkan hilangnya gletser dan limpasan air lelehan di sekitar Gunung Everest. Ini hal penting untuk dipertimbangkan negara-negara di dunia yang mencoba menutup jumlah gas rumah kaca yang dipompa ke luar atmosfer.
"Prevalensi es sedang dan pemanasan di ketinggian--termasuk di bawah lapisan gletser--menunjukkan bahwa ia sangat terancam pemanasan global abad ke-21," ucap peneliti menyimpulkan.
Penelitian dipublikasikan pada Scientific Reports.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR