Belasan Paus Pilot Terdampar, Warga Gelar Ritual Adat Kuburkan Paus yang Mati. Tapi, Ada yang Dimanfaatkan Minyaknya

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Selasa, 15 Oktober 2019 | 07:53 WIB
Paus terdampar di Perairan Sabu Raijua, Kamis (10/10/2019). (KOMPAS.COM/SIGIRANUS MARUTHO BERE)

Nationalgeographic.co.id - Pada Jumat (11/10/2019) siang, masyarakat Desa Menia menguburkan enam paus yang mati terdampar di Perairan Sabu Raijua.

Penguburan paus dilakukan dengan ritual adat dari pukul 10.00 Wita hingga pukul 12 Wita. Prosesi penguburan diawali ritual adat dipimpin tokoh adat Desa Menia, Dominggus Wila Diabbo dan Markus Ludji Talo.

Masyarakat yang hadir di lokasi penguburan paus mengenakan pakaian adat suku Sabu yang terdiri dari selimut, sarung, dan selendang.

Sebanyak 17 ekor paus pilot terdampar di Pantai Koloudju, Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Kamis (10/10/2019).

Hari itu juga, tiga ekor paus digiring oleh warga agar kembali ke laut dan 12 ekor paus lainnya masih hidup di pinggir pantai.

Baca Juga: Miris, Lebih dari 50 Paus Pilot Mati Terdampar di Pantai Islandia

Paus terdampar di Perairan Sabu Raijua, Kamis (10/10/2019). (KOMPAS.COM/SIGIRANUS MARUTHO BERE)

Sementara dua ekor paus mati. Semakin sore jumlah paus yang mati terus bertambah. Hingga Kamis sore, dari 17 ekor paus yang terdampar, ada 10 ekor paus yang berhasil diselamatkan.

Ritual adat digelar untuk mengantisipasi jangan sampai malapetaka melanda desa serta kejadian terdamparnya paus tidak terulang kembali.

Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke menjelaskan dari 17 ekor paus yang terdampar, 10 ekor paus berhasil dievakuasi ke laut dalam dan 7 ekor paus mati.

"Sementara yang satu ekornya, sudah telanjur diambil masyarakat setempat, untuk dimanfaatkan minyaknya," ujarnya.

Tujuh ekor paus tidak dapat diselamatkan karena keterbatasan sarana dan kondisi perairan surut terendah.

Baca Juga: Ada Enam Paus Langka yang Mati dalam Sebulan, Isu Kepunahan Menghantui

Paus Pilot (Lutfi Fauziah)

"Paus yang mengalami kematian, disebabkan karena berada terlalu lama di udara terbuka pada saat surut, sehingga diduga dehidrasi dan pada bagian tubuh mengalami luka lecet, akibat benturan pada batu karang pada saat dievakuasi, menunjukan ada kesalahan cara penanganannya," ungkap Ikram Sangadji, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang.

Peristiwa terdamparnya 17 paus di Perairan Sabu pada Kamis (10/10/2019) bukanlah peristiwa yang pertama.

Pada Senin, 1 Oktoober 2012 ada 46 paus pilot yang terdampar di Desa Deme, Kecamatan Liae, Kabupaten Sabu Raijua. Kala itu, 44 ekor paus mati dan hanya dua ekor yang selamat.

Baca Juga: Paus di Penangkaran atau Akuarium Cenderung Mati Muda Akibat Stres

Bayi paus pilot terdampar di Sanur, Bali.. (Zika Zakiya)

Selain itu, pada 4 Juli 2018 seekor paus sperma dengan panjang 9,8 meter ditemukan mati terdampar di pantai Desa Halapaji, Kecamatan Liae, Kabupaten Sabu Raijua. Diawali dengan ritual adat, paus berukuran besar tersebut dikuburkan dekat pantai

Ikram Sangadji, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang mengatakan pola kejadian terdamparnya paus di bagian utara dan selatan Sabu Raijua, hampir sama yaitu paus memasuk kolam air di belakang fringing reef yang terdapat ikan kecil dan plankton.

Menurutnya karakteristik perairan berkarang dan luasnya daerah intertidal yang didominasi oleh tipe fringging reef, memudahkan paus mengalami stranding jika memasuki daerah intertidal pada saat pasang tertinggi.

"Setelah air surut, paus yang berukuran besar ini sulit kembali dan mengalami kekeringan sehingga sebagian tubuh bagian atas berada pada udara terbuka dan terkena sinar matahari sehingga akan mengalami dehidrasi dan kehilangan energi," ungkap Ikram, Sabtu (12/10/2019) petang. (Sigiranus Marutho Bere/Kompas.com)