Unik, Spesies Ular Ini Menghirup Oksigen dari Dahinya

By National Geographic Indonesia, Selasa, 22 Oktober 2019 | 11:02 WIB
Hydrophis cyanocinctus. (The Reptile Database)

Nationalgeographic.co.id - Hanya ikan yang memiliki insang, bukan? Salah. Perkenalkan Hydrophis cyanocinctus, seekor ular yang bisa bernapas melalui bagian atas kepalanya.

Spesies dengan panjang 3 meter yang asli dari pesisir Australia dan Asia ini, dapat menghirup oksigen dengan bantuan pembuluh darah yang unik, terletak di bawah kulit, di antara moncong dan dahinya.

Jaringan pembuluh darah ini sangat mirip cara kerjanya dengan insang ikan, dan merupakan penemuan baru dalam adaptasi tambahan yang dapat digunakan ular laut untuk berkembang di laut.

Dalam perkembangannya, ular laut merupakan spesies baru dalam kehidupan laut, berevolusi dari ular darat sekitar 16 juta tahun yang lalu. Ini jauh lebih baru dibandingkan dengan mamalia laut, sperti paus dan dugong, yang telah muncul 50 juta tahun yang lalu.

Baca Juga: Mengenal Blob, Makhluk Misterius yang Memiliki 720 Kelamin

Namun, sekitar 60 spesies ular laut yang dikenal mampu mengembangkan [berbagai adaptasi terhadap kehidupan laut] yang mengagumkan. Seperti kelenjar garam di bawah lidah, lubang hidung yang menghadap ke atas dan dapat ditutup oleh katup, ekor seperti dayung untuk berenang, serta kemampuan untuk menghirup oksigen dan melepas karbon dioksida melalui kulit mereka.

Beberapa ular laut bahkan telah mengembangkan sensor cahaya di ujung ekornya, mungkin sebagai cara untuk menghindari predator ketika hanya setengah tubuhnya yang tertutup saat bersembunyi di celah-celah.

Sebuah lubang misterius di tempurung kepala

Kami kira kami sudah tahu segala hal aneh yang dimiliki ular laut; tapi ternyata kami menemukan sesuatu yang baru. Seperti yang yang kami tulis dalam jurnal [Royal Society Open Science], Hydrophis cyanocinctus memiliki insang di dahinya.

Penanda awal kejanggalan ini adalah sebuah lubang (dalam istilah anatomi disebut “foramen”, bahasa latin untuk “lubang”) di bagian atas tempurung kepala spesies ini.

Lubang ini mengingatkan dengan temuan “pineal foramen (lubang kelenjar pineal)” di beberapa spesies kadal, yang di dalamnya terdapat organ kecil yang sensitif disebut mata pineal. Mungkinkah ular laut juga memiliki mata pineal?

Tidak ada tanda-tanda foramen seperti itu ditemukan pada ular modern. Faktanya, ular diperkirakan telah kehilangan pineal foramen paling tidak 100 juta tahun yang lalu - sama dengan usia dari fosil ular tertua yang pernah ditemukan.

Namun, karena beberapa ular laut memiliki organ sensitif di ujung ekornya, maka bisa saja organ serupa muncul kembali di tempurung kepalanya - sejatinya ular berevolusi dari kadal.