Sebuah penelitian dari Cornell University Medical College di New York melaporkan bahwa lebih dari lima puluh persen dari total kasus bunuh diri di dunia terkait dengan kecanduan minuman keras dan obat-obatan terlarang. Risiko percobaan bunuh diri bahkan diketahui 120 kali lebih tinggi dialami oleh orang dewasa yang kecanduan miras daripada orang dewasa yang tidak.
Jika seseorang yang sudah menderita depresi terbiasa minum alkohol, gejala depresinya bisa makin memburuk sehingga cenderung berpikiran untuk bunuh diri. Terlebih, efek memabukkan alkohol bisa membuat orang bertindak nekat tanpa pikir panjang. Ini pemikiran bunuh diri yang sudah menghantui sebelumnya semakin menjadi-jadi dan dibuat nyata setelah “dibantu” dengan pengaruh minuman keras.
4. Stigma negatif dari profesi itu sendiri
Profesi sebagai selebriti maupun pekerja seni adalah sebuah ironi. Anda bisa saja dikerumuni oleh banyak orang, mulai dari staf, pengawal pribadi, hingga fans yang membludak tapi tetap merasa sendirian dan kesepian.
Baca Juga: Semakin Populer, Sistem Kerja Jarak Jauh Ternyata Justru Sebabkan Stres
Selebriti pada umumnya harus terus-terusan “jaga image” dan menyimpan sendiri kegundahan atau kesedihannya agar tidak terlihat lemah. Ini bisa membuat Anda sulit untuk mengungkapkan emosi ketika harus menghadapi beratnya tekanan pekerjaan dan terpaan gosip kejam dari kanan-kiri, meski ia sudah merasa benar-benar putus asa.
Tekanan besar untuk menjaga citra diri sesempurna mungkin ini pula yang bisa membuat selebriti umumnya enggan mencari pertolongan ketika mengalami depresi atau masalah kesehatan jiwa lainnya. Mereka mungkin takut dan cemas akan diekspos oleh tabloid dan orang-orang usil ketika ketahuan mengunjungi psikolog. Akibatnya, keputusasaan ini akan terus menumpuk dan “meracuni” jiwa sampai akhirnya ia tidak kuat lagi untuk membendungnya.
Artikel ini pernah tayang di Hellosehat.com dengan judul "Kenapa Selebriti Lebih Rentan Depresi dan Bunuh Diri?". Penulis: Andisa Shabrina.