Memacu Langkah Menjadi Perusahaan Kelas Dunia

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Rabu, 11 Desember 2019 | 06:11 WIB
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam sebuah acara besama anak-anak milenial. (Dok. Pertamina)

Mandiri

Untuk mendorong kemandirian energi, banyak cara yang sudah dilakukan Pertamina agar impor berkurang baik dalam bentuk minyak mentah maupun BBM.

Seperti memaksimalkan penyerapan minyak mentah dan kondensat produksi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam negeri yang merupakan bagian negara. Dengan dukungan dari pemerintah, melalui cara ini, impor minyak mentah nasional dapat berkurang hingga 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Di sektor pengolahan, insan Pertamina berhasil melakukan inovasi sehingga kilang Pertamina dapat memproduksi Solar dan Avtur yang mencukupi kebutuhan dalam negeri sehingga ada lagi impor Solar dan Avtur sejak pertengahan 2019.

Inovasi juga dilakukan melalui Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang berdampak pada peningkatan produksi Pertamax hingga 66% dan peningkatan kualitas produk sesuai standar EURO IV.

Di sisi distribusi, setelah sukses menjalankan kebijakan B20 sejak September 2018, Pertamina juga telah mengimplementasikan penyediaan Biosolar dengan kandungan FAME sebanyak 30 persen atau B30 sejak November 2019. Hal ini lebih cepat satu bulan dari kebijakan pemerintah yang mewajibkan B30 pada Januari 2020. Melalui penyediaan B30 ini, maka Pertamina mendorong kemandirian energi nasional karena bahan bakar nabati dapat dipasok dari dalam negeri sekaligus mendukung sektor perkebunan sawit.

Upaya kemandirian energi lainnya diwujudkan melalui pengembangan kilang yang meliputi Refinery Development Master Plan (RDMP) di 4 lokasi yaitu Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai serta proyek Grass Root Refinery (GRR) di 2 lokasi yaitu Tuban dan Bontang. Semua proyek ini menunjukkan progress nyata dengan telah dimulainya pekerjaan konstruksi dan adanya kepercayaan institusi keuangan di RDMP Balikpapan, percepatan proses pengadaan untuk RDMP Balongan, sejumlah Contract Award di beberapa lokasi RDMP dan GRR, serta penunjukkan lokasi untuk proyek pembangunan kilang baru.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (Dok. Pertamina)

Tidak hanya fokus untuk penyediaan BBM dan LPG, Pertamina juga berencana membangun Kompleks Petrokimia berkapasitas 350 ribu ton per tahun di Jawa Barat, Green Refinery Plaju berkapasitas 3 juta ton per tahun dan bekerjasama dengan PT TPPI untuk memaksimalkan kilang petrokimia dengan penyerapan bahan baku hingga 100 ribu barel per hari.

Melalui sejumlah proyek strategis nasional ini, diharapkan kapasitas kilang meningkat dari 1 juta menjadi 2 juta barel per hari dengan kualitas BBM standar Euro V. Demikian pula, volume produksi BBM naik signifikan dari 95 juta barel per hari menjadi 200 juta barel per hari dan volume produksi Petrokimia naik dari 600 ton per tahun 6.600 ton per tahun.

Proyek ini juga mendorong perekonomian dengan sejumlah multiplier efek seperti penyerapan tenaga kerja, penguatan cadangan devisa, penyerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), hingga peningkatan GDP nasional.