Cerita Pemimpin Redaksi National Geographic Tentang Jurnalisme dan Karier

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 14 Januari 2020 | 10:39 WIB
Susan Goldberg, pemimpin redaksi National Geographic. ()

Apakah “melakukannya dengan benar” sangat penting untuk mengangkat topik yang tidak semua orang setuju?

Tentu saja. Seperti yang saya bilang, Anda membuat keputusan, orang-orang akan menafsirkannya, dan Anda tahu bahwa tidak semua orang bahagia dengan hal tersebut. Jadi bagi saya, “melakukannya dengan benar” berarti kita mampu menjelaskan kepada pembaca atau publikasi jurnalistik lain yang mungkin mempertanyakan keputusan Anda.

Pernahkah dalam karier, Anda mengikuti keyakinan sendiri di mana tidak ada orang lain yang benar-benar mempercayainya?

Saya rasa itu sering terjadi! Saya baru saja berusia 60 tahun dan saya berpikir tentang ini beberapa kali. Karier saya telah melewati beberapa perubahan sosial: Saya pernah dinobatkan menjadi “wanita pertama” dalam suatu hal, kemudian itu terjadi hingga berkali-kali.

Banyak dari kita menjadi satu-satunya perempuan dalam rapat atau situasi. Itu merupakan hal yang saya lalui selama bertahun-tahun. Saya hanya ingin mengatakan bahwa saat melihat karier saya ke belakang, memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu berarti harus mengatasi dan mendorong keraguan pribadi untuk mengejar hasrat sebagai jurnalis—sesuatu yang sangat saya inginkan.

Dari mana Anda menemukan kekuatan untuk terus maju?

Saya mengingat kembali ketika saya masih muda dan baru memulai karier di mana saya mendapat banyak kepercayaan dari orangtua. Ketika saya berusia 20 tahun, saya magang di Settle Post-Intelligencer. Di akhir magang, editor mendatangi saya dan berkata: “Hei Nak, mengapa kamu tidak menjadi reporter penuh waktu?”. Saya menyetujuinya, tapi kemudian saya harus melakukan sesuatu yang sangat menakutkan.

Saya berbicara kepada ayah saya yang merupakan seorang profesor perguruan tinggi, kemudian mengatakan: “Pop, saya keluar dari universitas dan akan melanjutkan sebagai reporter penuh waktu di Seattle”.

Baca Juga: Kisah Para Perempuan Indonesia Pengidap HIV/AIDS yang Hidup dengan Stigma

Apa reaksinya?

Ada jeda panjang sekali......Namun kemudian ayah saya mengatakan delapan kata yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya: “Ini bagus untukmu, Susan. Kami sangat bangga kepadamu.”

Saya selalu melihat ke momen tersebut. Tidak hanya mengatakan bahwa tidak apa-apa saya melakukan ini, tapi dia juga memberi dorongan, dukungan dan kepercayaan atas pilihan saya. Saya sering menengok kembali kenangan itu karena sangat berharga.

Saya tidak menyadari betapa pentingnya hal itu, tapi kepercayaan yang mereka berikan sangat melekat dan membantu saya.