Dewa dan Dewi Cinta dari Berbagai Kebudayaan di Penjuru Dunia

By Mahandis Yoanata Thamrin, Jumat, 14 Februari 2020 | 11:31 WIB
Xochiquetzal. Dewi dalam kebudayaan Aztek perlambang kesuburan, kecantikan, kekuatan seks perempuan, pelindung ibu muda, dan persalinan. (Posterazzi)

BastetDia adalah dewi cinta dalam kebudayaan Mesir kuno. Namun, kemuculan pertamanya pada 5.000 tahun silam, Bastet digambarkan sebagai singa betina yang galak atau wanita dengan kepala singa betina. Kebudayaan berikutnya, sekitar 945 SM hingga 715 SM, mengubah Bastet sebagai kucing rumahan yang sensual, sehingga dia ditahbiskan sebagai dewi cinta. Kucing memang sangat dihormati dalam peradaban Mesir kuno, bahkan pemiliknya menyandangkan perhiasan emas untuknya. Kadang dia diwujudkan bersama anak-anaknya, sebagai simbol atas perannya sebagai dewi kesuburan.XochiquetzalDia merupakan dewi dalam kebudayaan Aztek, perlambang kesuburan, kecantikan, kekuatan seks perempuan, pelindung ibu muda, dan persalinan. Dari etimologinya, Xochiquetzal terdiri atas dua kata, xochitl yang bermakna “bunga” dan quetzalli yang mengacu pada “bulu ekor burung quetzal”. Xochiquetzal kerap diwujudkan sebagai wanita muda yang menawan, berbusana mewah, dan secara simbolis berhubungan dengan bunga. Mitosnya, dia membutuhkan kepuasan seksual lebih tinggi daripada yang bisa diberikan suaminya, Tlaloc.

Yue LaoKakek di bawah rembulan, demikian makna dari namanya. Yue  Lao, yang membawa benang merah perkawinan, diyakini sebagai dewa percomblangan atau perjodohan dalam kebudayaan Tiongkok. Kemunculannya setiap malam hanya untuk menyatukan pasangan yang sudah ditakdirkan dengan seutas benang sutra yang mengikat kaki-kaki mereka. Dia terlihat sebagai orang tua yang memegang buku pernikahan di tangan kirinya dan tongkat di tangan kanannya. Orang tua itu hidup abadi, dan dia berulang tahun pada tanggal 15 bulan kedelapan kalender Imlek.  

Lukisan karya Ketut Mudra yang menampilkan Dewa Semara dan Dewi Ratih. (Ketut Mudra/Semara Ratih Royal Wedding)

SemaraDewa Semara merupakan dewa cinta dalam kebudayaan Hindu di Bali. Dia membangkitkan cinta melalui kesenangan ragawi kepada orang-orang sehingga menginginkan untuk memiliki anak. Romantika pasangan Semara dan Ratih dalam budaya Bali merupakan kisah versi lokal dari kisah Kama dan Rati di India. Ketika Siwa membinasakan Semara menjadi abu, Dewi Ratih memohon Siwa untuk membinasakan dirinya juga. Abu mereka ditebar ke penjuru Bumi sehingga merasuki di sanubari kasih dan kesetiaan setiap pasangan.

Apakah dewa dan dewi itu turun kembali ke Bumi saat sebagian warga merayakan Hari Valentine? Kita tidak tahu, namun dewa dan dewi itu senantiasa ada di jiwa setiap warga yang memuja cinta.