Ubur-ubur Bionik, Inovasi Terbaru Para Ilmuwan untuk Meneliti Lautan

By Daniel Kurniawan, Jumat, 28 Februari 2020 | 10:55 WIB
Para peneliti telah menciptakan ubur-ubur bionik dengan menanamkan mikroelektronik, berharapan dapat memantau dan menjelajahi lautan dunia lebih dalam. ()

Nationalgeographic.co.id - Bagi sejumlah orang, hal ini mungkin terdengar seperti cerita fiksi yang lazim disusun dari imajinasi pembuatnya. Namun kenyataannya, hal ini merupakan fakta ilmiah di mana para peneliti telah menciptakan ubur-ubur bionik dengan menanamkan mikroelektronik ke dalam invertebrata laut tersebut. Penanaman ini berharap dapat mengerahkan para ubur-ubur untuk memantau dan menjelajahi lautan dunia.

Menurut penjelasan peneliti, prostetik kecil yang ditanam itu memungkinkan ubur-ubur untuk berenang tiga kali lebih cepat dan lebih efisien tanpa menyebabkan stres pada ubur-ubur, yang tidak memiliki otak, sistem saraf pusat atau reseptor rasa sakit.

Langkah selanjutnya adalah menguji berbagai cara untuk mengontrol ke mana ubur-ubur pergi dan mengembangkan sensor kecil yang dapat melakukan pengukuran jangka panjang kondisi lautan seperti suhu, salinitas, keasaman, tingkat oksigen, nutrisi, dan komunitas mikroba. Bahkan, para peneliti juga menyarankan untuk memasang kamera kecil. 

"Ini sangat futuristik," kata bioengineer Universitas Stanford,Nicole Xu.

"Kita bisa mengirim ubur-ubur bionik ini ke berbagai wilayah lautan untuk memantau tanda-tanda perubahan iklim atau mengamati fenomena alam," imbuhnya. 

Baca Juga: Perusahaan di Kenya Membuat Bahan Bakar dari Kotoran Manusia

Tujuan awal adalah menyelami laut dalam. Ini karena pengukuran di sana menjadi celah besar dalam pemahaman kita tentang lautan, ungkap profesor teknik mesin California Institute of Technology, John Dabiri.

"Pada dasarnya, kita akan melepaskan ubur-ubur bionik di permukaan, kemudian membuatnya berenang ke kedalaman laut. Kami ingin melihat seberapa jauh ia bisa turun dan kembali ke permukaan dengan membawa data," tambah Dabiri.

Ubur-ubur yang dilibatkan dalam penelitian ini umumnya disebut ubur-ubur bulan, dengan diameter 4-8 inci (10-20 cm).

Prostetik yang berdiameter 2 cm ini pada dasarnya meliputi chip, baterai, dan elektroda yang merangsang otot--membuat tubuh ubur-ubur berdenyut lebih sering, mirip dengan cara alat pacu jantung mengatur detak jantung.

Ubur-ubur diketahui mengeluarkan lendir saat stres. Namun, tidak ada reaksi seperti itu terjadi selama penelitian dan mereka berenang dengan normal setelah prostetik dihilangkan.

"Kami melakukannya dengan hati-hati sehingga tidak membahayakan ubur-ubur," kata Dabiri.

Baca Juga: Desain “Blended Wing Body” Dapat Memangkas Emisi Karbon dari Pesawat?

Ia mengungkapkan, ada banyak teknologi untuk mempelajari permukaan laut termasuk satelit dan perahu layar robot yang disebut saildrones.

Biasanya para peneliti harus bergantung pada instrumen dari kapal atau menggunakan kendaraan bawah laut yang lebih kecil untuk mencari pengetahuan tentang kedalaman laut yang lebih dari 65 kaki (20 meter).

“Ubur-ubur telah ada selama lebih dari 500 juta tahun. Seiring berjalannya waktu, struktur tubuh mereka sebagian besar tetap tidak berubah sehingga menarik untuk mengetahui apa yang membuat mereka begitu istimewa dan bagaimana kita bisa belajar dari mereka,” kata Xu.

"Karena kita menggunakan hewan dengan gerakan berenang alami, harapannya adalah mereka tidak akan mengganggu lingkungan dengan cara yang sama seperti yang mungkin dilakukan kapal selam, sehingga kita dapat memperluas jenis lingkungan yang dapat kita pantau," pungkasnya.