Rekam Jejak Pertunjukan Musik Klasik di Hindia Belanda pada Abad Ke-19

By Fikri Muhammad, Rabu, 11 Maret 2020 | 13:16 WIB
Schouwburg. Gedung ini bergaya neo-renaisance yang dibangun pada 1821 di Weltevreden. Warga Batavia menjulukinya sebagai (Tropenmuseum)

Selain itu, Aniarani belum yakin apakah penduduk lokal yang tidak termasuk kalangan sejahtera bisa menikmati musik klasik atau tidak.

“Sejauh ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa pertunjukkan-pertunjukkan ini dapat dinikmati secara bebas oleh penduduk lokal. Jika ada, kemungkinan sangat sedikit, dan kemungkinan hanya penduduk lokal yang berkedudukan bangsawan (seperti keluarga Kraton di Yogyakarta) atau penduduk lokal yang menikahi pria Belanda/Eropa, karena mereka otomatis mendapat status sosial yang setara dengan orang Belanda/Eropa,” ucapnya pada wawancara eksklusif bersama National Geographic Indonesia.

Baca Juga: Schumanniade, Gempita Sang Maestro Romantik di Jantung Jakarta

Gedung Harmonie diresmikan oleh Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles pada 18 Januari 1815 yang bertepatan dengan perayaan hari ulang tahun Ratu Charlotte dari Inggris. Ironisnya, pada 1985, kita membongkarnya. (Tropenmuseum)

Pementasan musik klasik Barat di Batavia nampaknya tidak terjadi hanya di Théâtre de Batavia saja. Sebagian besar lainya diadakan oleh dan untuk klab-klab social (societeit) elit seperti Societeit Harmonie dan Militaire Societeit Concordia.

Societet seperti itu memang dikhususkan bagi keanggotaan dengan kebangsaan Belanda dan Eropa, atau yang berstatus seperti orang Eropa.

Penampilan di Bandung pun demikian yakni di Societeit Concordia, yang berdiri pada tahun 1879. Serta di Yogyakarta di Klab De Vereeniging yang berdiri pada 1822 dan Musis Sacrum pada 1894.

Selain penampilan musik klasik professional, di Batavia juga ada komunitas musik amatir bernama Maatschappij van Toonkunst dan Liedertafel Aurora yang didirikan pada 1840an.

Komunitas itu rutin menggelar pertunjukan musik klasik kepada anggotanya yang terdiri dari orang Belanda, Eropa, dan yang berstatus seperti orang Eropa.

Karena keaktifan pertunjukan- pertunjukan itu maka musik klasik di Batavia pun mencapai popularitasnya. Terutama pada tahun 1850an sampai 1870an.

Namun pagelaran musik klasik tak hanya terbatas di klab, Stafmuziek misalnya sebuah korps musik militer Belanda juga kerap menggelar pertunjukan di tempat public seperti di Waterlooplein, yang sekarang menjadi Lapangan Banteng.

Hingga awal abad ke-20, pertunjukan musik klasik masih sangat aktif tepatnya pada 1920-an. Yakni perkumpulan musik klasik di Batavia bernama Muziekverbond yang rutin menggelar pertunjukkan seperti “malam musik kamar” (kamermuziek-avond) khusus untuk para anggotanya, dan juga volksconcert atau konser untuk “rakyat”.