Mengenang Glenn Fredly, Sang Abdi Lingkungan dan Pembawa Misi Kemanusiaan

By Fikri Muhammad, Senin, 13 April 2020 | 16:55 WIB
Glenn bersama Raja Kampung Prailiu, Sumba Timur ()

Nationalgeographic.co.id - Glenn Fredly adalah sosok yang lekat di hati masyarakat Indonesia. Kepergiannya membuat kita mengulas kembali akan kenangan musisi berdarah Ambon itu. Terlebih Wendi Putranto, Co-Founder & Program Director M Bloc, yang telah mengenal Glenn sejak masa penataran P4 di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Moestopo tahun 1995 lalu. 

Wendi mengenal Glenn sebagai sosok yang rendah hati. Semasa kuliah, Glenn banyak aktif di kelab jazz bernama Jamz yang tren pada era 90-an di Melawai. Wendi tak menyangka bahwa Glenn yang ia jumpai di depan warteg depan kampus kelak menjadi bintang jazz Indonesia di masa depan.

Tahun berlalu, Wendi dan Glenn sudah tidak bertemu sejak jaman kuliah hingga pada akhirnya mereka bertemu kembali saat Wendi gawai di Rolling Stone Indonesia pada 2007. 

Kala itu Glenn sedang mempersiapkan konser amal untuk pemanasan global di Tennis Indoor Senayan. Banyak musisi yang dia undang untuk meramaikan konser tersebut. Serta, mengajak Rolling Stone Indonesia untuk mendukung acaranya yang bertajuk "SOUL FOR INDONESIA EARTH Sayangi Bumi Hari Ini".

Baca Juga: Amy Cardamone, Mendedikasikan Hidup Untuk Masyarakat Tak Terwakili

Wendi berkata bahwa itulah awal mula Glenn Fredly masuk ke dunia aktivisme--khususnya sebagai aktivis lingkungan hidup. 

"Tujuan acaranya saat itu untuk mengomunikasikan bahaya global warming ke anak-anak muda, khususnya di Jakarta. Sejak saat itu udah terlihat betapa semangatnya dia memperhatikan isu-isu lingkungan hidup," kata Wendi Putranto saat diwawancara National Geographic Indonesia via Zoom (10/04/2020). 

Satu tahun sebelumnya, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat bernama Al Gore merilis film dokumenter bertajuk An Inconvenient Truth (2006). Di dalamnya dijelaskan bagaimana manusia bisa mengacaukan planet ini. Tak disangka bahwa film itulah yang memicu Glenn Fredly untuk masuk ke dunia aktivisme, tutur Wendi.  

Hal yang menarik lainya ialah bagaimana seorang Glenn Fredly mendadak peduli dengan pemanasan global? Pertanyaan itu dilontarkan Wendi saat mewawancarai Glenn untuk Rolling Stone Indonesia pada bulan Maret 2007.

“Sebelumnya gua emang yakin bahwa akan ada pertanyaan seperti itu. But I don’t care,  man. Bagi gua kita hidup di Bumi yang sama, di atas tanah yang sama. Dampaknya gua merasakan dan Anda juga merasakan. Ini cuma masalah siapa saja yang bisa menyuarakan kepedulian tentang hal-hal itu ke masyarakat. Gua respect dengan teman-teman yang telah memulainya lebih dulu. Gua juga mulainya dengan cara gua sendiri, independen. Sampai akhirnya global warming ini bukan hanya sekedar isu tapi realita yang kita alami sehari-hari. Sudah menjadi kenyataan yang kita rasakan bersama. We have to do something.

Gua pikir dari dunia yang gua tekuni (musik) bisa menjadi corong yang efektif untuk menyuarakan global warming sebelum kita mengalami disaster yang lebih parah lagi di masa depan. Ini hanya sebuah bentuk kepedulian gua. Apalagi ini bukan tentang masa depan gua, tapi juga masa depan kita semua. Itu sebabnya gua mengajak teman-teman musisi lain tanpa tedeng aling-aling memiliki pemikiran serta kepedulian yang sama untuk bergabung menyuarakan hal ini," kata Glenn Fredly dikutip dari Rolling Stone Indonesia

Glenn Fredly di tengah Hutan Manusella, Maluku sedang menaiki pohon merbau kayu besi. PHOTO di Instagram @glennfredly309 ()

Pada tahun 2007, Glenn Fredly membuat yayasan bernama Green Music Foundation yang sekarang bernama Yayasan Rumah Beta. Itu merupakan sebuah yayasan yang menyoroti isu lingkungan. Menurut Wendi, tidak banyak musisi yang terjun ke gerakan lingkungan, apalagi sekaliber mega bintang. 

Green Music Foundation banyak melakukan kampanye lingkungan. Selain di Mentawai, gerakan lingkungan yang Wendi ingat ialah di Nusa Tenggara Timur tentang permasalahan sumber air bersih. Glenn saat itu membantu sebuah desa yang kekeringan dan membuat sumber air bersih di salah satu desa NTT.

Baca Juga: Amy Cardamone, Mendedikasikan Hidup Untuk Masyarakat Tak Terwakili

Glenn mempunyai visi untuk selalu menempatkan Indonesia Timur di segala aktivitasnya baik di musik maupun sosial. Menurutnya, Indonesia tidak akan menjadi Indonesia kalau tidak ada wilayah Indonesia Timur, khususnya di Papua, NTT, Maluku, dan lainnya. 

"Jadi buat dia, isu Indonesia Timur bukan karena dia keturunan Indonesia Timur aja, tapi lebih dari itu. Ketidakadilan yang dialami oleh temen-temen di Indonesia Timur itulah yang menjadi trigger buat dia. Karena Indonesia itu kan sangat kaya raya ya, tapi di satu sisi masih banyak yang miskin, terutama di Papua. Nah, itu yang jadi concern dia. Makanya Glenn menyuarakan itu dengan vokal, gigih, dan intens dari jaman dulu," ucap Wendi.

Hal-hal untuk membantu Indonesia Timur pun ia lakukan. Diantaranya seperti menyuarakan pembebasan tahanan politik, keadilan masyarakat Papua, membuat film Beta Maluku, dan membawa musisi-musisi Maluku ke Jakarta.

Ada ingatan manis tentang Glenn Fredly dari seorang musisi bernama Franky Sahilatua. Saat Glenn mempunyai misi untuk mengorbit musisi lokal Maluku dan ingin membawanya ke Jakarta.

“Saya rencana mau tengok Maluku. Ikut bangun Maluku dengan mencari talent-talent baru. Kita bawa ke Jakarta, lalu orbitkan di industri musik,” ungkap Glenn kepada Franky di halaman Malukupost (08/04/2020).

Melalui Yayasan Rumah Beta, Glenn banyak berjumpa dengan komunitas hip hop, sastra, teater, dan berbagai kelompok perorangan di Ambon, Maluku. Dari hasil pulang kampung ke Ambon ini lahirlah album hip hop Beta Maluku, Konser Beta Maluku di Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Ia berinteraksi dengan banyak musisi Ambon. Seperti Rence Alfons dan Molucca Bamboowind Orchestra (MBO), KAK5. Tak ketinggalan, ada juga grup rapper cilik bernama Satu Manumata.

Penjelajahanya di Ambon tampaknya sangat membekas dan menghasilkan hal-hal tak terduga. Abidin Wakano dari IAIN Ambon mengundangnya ke kampus bersama Trio Lestari. Di sana, ia menunjukkan gagasan dukungannya terhadap musik islami di kampus. 

“Saya ingin IAIN Ambon menjadi semacam pusat peradaban musik Islami. Kalau ada di sini, saya sangat mendukung,” kata Glenn di Malukupost.

Perkataanya disambut gemuruh tepuk tangan. Telebih lagi, gagasan ini rupanya ditanggapi serius IAIN Ambon. Mereka lantas melakukan proses untuk membuka  program studi terkait gagasan Glenn. 

Peran Glenn terhadap Maluku tiada henti. Suatu karya film bersama Angga Dwimas Sasongko juga salah satunya, yakni flim yang berjudul Cahaya dari Timur: Beta Maluku. Menceritakan kisah pelatih pesepak bola yang mendamaikan konflik di Ambon. 

Ide ini dimulai ketika Angga Dwimas Sasongko menggarap video klip Glenn Freddly bersama Endah n Rhesa dan Sandy Sandoro di tahun 2011. Dari sana, Angga dan Glenn memiliki kedekatan dan menjadi teman diskusi yang cocok satu sama lain. Kolaborasinya bersama Visinema Picture pun berlanjut pada projek film lainya seperti Surat dari Praha dan Filosofi Kopi, menurut Wendi.

Glenn Fredly di Sumba Photo di Instagram @glennfredly309 ()

Glenn menyambut Wendi Putranto untuk bergabung dalam sebuah dream team untuk sebuah projek Lokananta. Bumi Entertaintment, perusahaan Glenn mendapatkan hak untuk mengelola konten Lokananta selama 10 tahun. Wendi yang sudah tidak bekerja di Rolling Stone Indonesia kemudian diangkut menjadi Program Director di tahun 2018.

Glenn adalah orang pertama yang menyuarakan penyelamatan Lokananta sejak 2012. Perusahaan musik rekaman milik negara tersebut memang sempat terabaikan saat itu. Untuk menyelamatkanya, Glenn membawa segudang peralatan musik dari Jakarta ke studio rekaman Lokananta di Solo, Jawa Tengah. 

Rencananya Lokananta akan direvitalisasikan. Menambah beberapa fasilitas seperti gedung pertunjukan dan hotel. Bahkan lebih megah lagi karena dana yang didapatkan mencapai 190 miliar, setelah sebelumnya melalui perbincangan yang cukup intens dengan Dirjen Kebudayaan dan Konsorsium. 

Namun, proyek tersebut terpaksa ditunda karena ada garapan proyek di kawasan Peruri Blok M. Glenn menjelaskan betapa pentingnya tempat itu pada pertemuannya dengan Peruri dan berbagai kalangan lain di Bintaro Xchange. 

"Saya intens ngobrol sama Glenn karena M Bloc dibangung dengan lintas disiplin yang berbeda. Ada musik, film, kreatif, bisnis, finance, dan arsitek. Glenn yang mempertemukan kita semua dalam satu tim. Dia menceritakan tentang visi kreatif hub," ungkap Wendi. 

Kontribusi Glen luar biasa besar. Ia menyediakan alat musik, panggung, sound, dan lainya di livehouse yang berada di M Bloc.

Dia orang yang sangat peduli sengan karyawan dan teman-teman rekan kerja di M Bloc. Salah satunya pada almarhum fotografer M Bloc yang meninggal pada akhir Januari lalu. 

"Dia nanya, via WhatsApp, Tebby sakit apa. Kok mendadak banget meniggalnya? Lalu saya jelaskan bahwa Tebby baru punya anak juga. Dia sangat tersentuh. Kita harus buat sesuatu dan membuat santunan untuk anak istrinya, kata Glenn," cerita Wendi.

Nanti kita cerita tentang @mblocspace ini.. Belajar dan berkarya bersama .. Tulis Glenn pada foto yang diunggahnya di Instagram @glennfredly309 ()

"Jadi, Glenn itu memang mulai sakit di awal Maret. Dia sering mengeluh migrain. Terus pas hari musik nasional 9 Maret harusnya dia dateng ke peresmian Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI), dia gabisa hadir karena sakit kepalanya kumat," kenang Wendi di saat-saat terakhir bersama Glenn. 

Ya, Glenn tidak bisa datang ke peresmian dan harus di rawat di rumah sakit selama satu minggu. Kala itu tidak ada yang memberi tahu. Glenn juga tak mau memberitahukan pada siapa pun bahwa ia menderita meningitis. 

Pertemuan terakhir secara fisik dikenang Wendi saat memutuskan untuk menutup M Bloc sementara pada 16 Maret lalu karena pandemi corona. Seingatnya, Glenn saat itu baik-baik saja. Namun, memang tidak bisa lama dan memutuskan untuk pulang cepat. Tidak seperti biasanya di mana Glenn masih betah untuk nongkrong lama. Wendi mengira bahwa ia ingin segera pulang karena anaknya baru saja lahir. 

Pada 26 Maret Glenn dan karyawan M Bloc sempat mengadakan rapat daring di aplikasi Zoom. Wendi melihat tutur Glenn lebih banyak diam. Namun di balik itu Glenn menyampaikan kegembiraannya. Kegembiraan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

"Pas kita bilang oh kita belum sempet tengok anaknya, dia bilang wah dirumah udah paling enak, dia ngasi liat anaknya si Gewa. Dia merasa sangat bahagia, it's amazing akhirnya hidup gua sampai di titik ini katanya. Itulah penampilan terakhir kita bersama Glenn," kenang Wendi.

Sampai akhirnya adik Glenn bernama Moses memberitakan keesokan harinya bahwa segala hal yang menyangkut M Bloc akan diwakilkan olehnya kepada para Board of Director. Moses tak berbicara mengenai kepergian Glenn. Namun, Wendi mengetahui kabar tersebut dari para rekan wartawan.

 

Perjalanan.. Tulis Glenn dalam Instagramnya @glennfredly309 ()

Jadwal agenda kegiatan M Bloc saat itu terpaksa harus ditunda. Salah satunya agenda siaran daring bersama musisi bernama Jason Ranti.

Wendi mengenang sosok Glenn Fredly akan keramah tamahannya. Ia ingat betul bagaimana Glenn selalu yang pertama mengucapkan hari keagamaan dan bagaimana sikap baiknya ketika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya.  

Baca Juga: Monolog Wanodja Soenda, Kisah Perjuangan Tiga Perempuan Sunda Era Hindia Belanda

Semua orang mengingat Bung Glenn sebagai orang yang ramah dan rendah hati. Hal itu akan membekas di setiap orang yang mengenalnya, tutur Wendi. 

Dengan gembira Wendi bercerita soal pertemuan Glenn Fredly dengan pengamen di Pekanbaru pada tahun 2010. Ketika sedang asik makan duren, pengamen datang membawakan lagu Glenn. Secara tidak diduga Glenn bernanyi bersama sang pengamen itu. 

Kabar terakhir bahwa pengamen itu dibelikan gitar dan ampli oleh Glenn. Agar sang pengamen bisa bekerja. Hati dan karakter Glenn Fredly sesederhana itu menurut Wendi.