Meredupnya Cahaya Bintang Betelguese, Tanda Kematiannya Sudah Dekat?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 17 April 2020 | 11:27 WIB
Gambar inframerah Betelgeuse pada Desember 2019 menunjukkan debu yang mengelilinginya. (ESO, P. KERVELLA, M. MONTARGÈS ET AL, ERIC PANTIN Share this:)

Nationalgeographic.co.id - Bintang Betelguese merupakan bintang pada gugus Orion yang sangat besar dan mudah dilihat dengan mata telanjang. Sebelumnya, para astronom mengatakan,  bintang besar ini sedang sekarat dan akan menimbulkan ledakan supernova dahsyat.

Pada akhir 2019, diketahui bahwa bintang paling terang di langit tersebut tiba-tiba memudar dan mengejutkan para astronom. Meyakinkan peneliti tentang spekulasi teori bintang tersebut yang akan meledak menjadi supernova.

Namun, Betelgeuse kembali memancarkan kembali cahayanya pada Februari lalu. Studi terbaru menduga bahwa peristiwa redupnya Betelguese pada akhir tahun 2019 disebabkan oleh debu kosmik yang disemburkan bintang.

“Saya kira beberapa orang ingin bintang ini terlihat sebagai pergolakan kematian bintang, dan (asumsi) itu sangat berbeda,” kata Emily Levesque, ahli astrofisika dari University of Washington dilansir dari ScienceNews.

Baca Juga: NASA Menangkap Gambar Berbentuk Naga di Sistem Ngarai Planet Merah

Bintang yang super besar yang terletak sekitar 700 tahun cahaya tersebut sebelumnya membuat para astronom selama beberapa dekade yakin bahwa bintang ini akan meledak karena kehabisan bahan bakar.

Kini, para astronom memperhatikan ternyata redupnya bintang tersebut tidak selalu berarti masa ledaknya sudah dekat. Meskipun perkembangan dari perilaku aneh bintang tersebut perlu diperhatikan lebih lanjut, kata Levesque.

Bersama dengan astronom dari Lowell Observatory, para ilmuwan menyelidiki lebih banyak kemungkinan yang bisa menjelaskan fenomena meredupnya bintang tersebut.

Baca Juga: Pernah Dikira UFO, Oumuamua Kemungkinan Berasal dari Reruntuhan Planet

Selama observasi pada masa titik paling redup di pertengahan Februari, mereka mengamati suhu dengan membandingkan pengamatan serupa yang dilakukan oleh Levesque pada 2004. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu bintang tersebut turun sekitar 50 derajat Celcius.

"Yang mengejutkan kami, Betelgeuse tidak terlihat berbeda," terang Levesque. "Suhu tidak bisa menjelaskan seberapa banyak Betelguese mengalami keredupan dalam beberapa bulan terakhir."

Berdasarkan sebuah penelitian di Astrophysical Journal Letters, Betelgeuse diketahui mengepulkan awan gas yang menjadi debu. Bintang tersebut redup seiring dengan panjang gelombang cahaya--mendukung gagasan bahwa debu bintang tersebut adalah faktor penghalang gelombang cahayanya.