Bagaimana Perubahan Iklim Memengaruhi Perburuan Manusia Prasejarah?

By National Geographic Indonesia, Senin, 27 April 2020 | 15:23 WIB
Ilustrasi dampak perubahan iklim. (leolintang/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Pada masa transisi dari zaman Pleistosen (atau zaman es; 2,58 juta hingga 11.700 tahun lalu) menuju zaman Holosen (11.700 tahun lalu hingga sekarang), suhu permukaan bumi mengalami perubahan besar.

Di periode fluktuatif ini, es di kutub mulai mencair dan level permukaan air laut meningkat.

Hasilnya, pulau-pulau di Wallacea - daerah perairan di Indonesia bagian tengah - semakin mengecil dan terisolasi. Area ini juga mengalami perubahan vegetasi yang memaksa manusia di sana untuk lebih beradaptasi dengan sumber daya makanan yang tersedia.

Baca Juga: Fosil Katak Tertua Ditemukan di Antartika, Ungkap Kondisi Masa Lampau

Keunikan geografi prasejarah ini membuat kepulauan Wallacea sangat cocok untuk diteliti terkait pola hidup manusia prasejarah dalam beradaptasi setelah berakhirnya zaman es.

Pada September dan Oktober 2015, tim kami yang terdiri dari peneliti Indonesia dan Australia melakukan penggalian di Gua Here Sorot Entapa di Pulau Kisar - suatu pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya yang kaya akan jejak peninggalan manusia prasejarah - khususnya untuk mempelajari perubahan pola konsumsi manusia akibat perubahan iklim.

Ketika iklim tiba-tiba mendingin di Indonesia

Manusia mulai menghuni Gua Here Sorot Entapa 15.000 tahun yang lalu ketika level air laut meningkat setelah berakhirnya puncak zaman es. Fenomena iklim tersebut diperkirakan mendorong tumbuh suburnya kehidupan pesisir dan meningkatnya intensitas hunian di banyak situs prasejarah di Wallacea.

Pada awal periode tersebut, manusia penghuni Here Sorot Entapa dominan mengkonsumsi ikan, penyu, kerang, kepiting, dan bulu babi.

Tiba-tiba, perubahan iklim secara drastis terjadi selama tahap akhir masa pencairan es, atau disebut periode Bølling-Allerød pada 14.500-12.800 tahun lalu, mengakibatkan meningkatnya intensitas hunian di Gua Here Sorot Entapa.

Ketika itu, daerah sekitar Kepulauan Sunda Kecil termasuk Kisar justru menunjukkan pendinginan bahkan saat es di belahan bumi utara mencair.

Kombinasi kedua peristiwa di atas membuat iklim di Wallacea menjadi dingin, namun level air laut terus meningkat karena penghangatan di belahan bumi utara.

Kami menemukan banyak kail terbuat dari kerang pada era tersebut yang mendukung kemungkinan bahwa mereka semakin sering pergi berburu ikan hingga ke perairan laut dalam.