Penemuan Ekor Spinosaurus Buktikan Bahwa Ia Dinosaurus Perenang Pertama

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 30 April 2020 | 14:00 WIB
Spinosaurus. (via National Geographic)

Anggota tim Simone Maganuco, Nizar Ibrahim, dan Cristiano Dal Sasso memeriksa salah satu vertebra ekor Spinosaurus. (Paolo Verzone/National Geographic)

Kini, dengan adanya bukti dari ekor yang telah dianalisis, terdapat fakta kuat bahwa Spinosaurus tidak hanya bermain-main di pinggir pantai, tapi juga mampu bergerak secara penuh di perairan. Secara kolektif, penemuan terbaru ini menyatakan bahwa raksasa Spinosaurus menghabiskan banyak waktu di bawah laut, kemungkinan memburu mangsanya seperti buaya besar.

“Ekornya menunjukkan hal yang jelas, dinosaurus ini benar-benar berenang,” ujar Samir Zouhri, ahli paleontologi di Université Hassan II yang terlibat dalam penelitian.

Ilmuwan lain yang telah mengevaluasi studi tersebut setuju bahwa  ekor ini memperkuat fakta bahwa Spinosaurus adalah hewan semiakuatik.

“Ini sedikit mengejutkan. Spinosaurus bahkan lebih aneh dari yang kita duga sebelumnya,” kata Tom Holtz, ahli paleontologi dari University of Maryland yang tidak terlibat dalam penelitian.

Verrtebra keempat dari pangkal ekor Spinosaurus, salah satu vertebra paling lengkap yang ditemukan tim peneliti. (Paolo Verzone/National Geographic)

Tulang dan bom

Kisah tentang Spinosaurus dan ekornya yang tidak biasa merupakan petualangan yang bermula dari museum-museum Jerman yang dibom sampai temuan di Maroko, tepian Gurun Sahara.

Sisa-sisa hewan kuno ini pertama kali ditemukan pada lebih dari satu abad lalu, berkat ahli paleontologi dan bangsawan Bavaria, Ernst Freiherr Stromer von Reichenbach. Dari 1910 hingga 1914, Stromer melaksanakan serangkaian ekspedisi ke Mesir yang menghasilkan puluhan fosil—termasuk yang ia beri nama Spinosaurus aegyptiacus. Pada publikasi deskripsi pertamanya, Stromer kesulitan menjelaskan anatomi makhluk tersebut. Ia berspekulasi bahwa keanehan fosil tersebut “berbicara tentang spesialisasi tertentu”. Stromer membayangkan hewan itu berdiri di atas kaki belakangnya yang tidak seimbang seperti T. rex dan punggungnya dipenuhi duri. Ketika fosil dipamerkan di Paleontological Museum Munich, itu berhasil membuat Stromer terkenal.

Selama Perang Dunia II, pemboman yang dilakukan Sekutu mendorong Stromer—yang kerap mengkritik rezim Nazi—untuk memohon kepada direktur museum agar memindahkan fosilnya ke tempat yang aman. Direktur Nazi menolak dan bom menghancurkan fosil pada 1944. Hanya gambar-gambar, foto, dan deskripsi pada artikel jurnal yang tersisa untuk membuktikan bahwa fosil Spinosaurus temuan Stromer pernah eksis.

Ketika Stromer mencoba merekonstruksi Spinosaurus pada 1930-an, ia merincinya dengan dinosaurus theropoda lainnya. (Jason Treat, Mesa Schumacher)

Pada dekade-dekade berikutnya, Spinosaurus kembali menarik perhatian ketika generasi paleontologis menemukan lebih banyak kerabat dekatnya di seluruh dunia—mulai dari Brasil hingga Thailand--dan kemudian mencoba memahami bagaimana mereka hidup.