Penemuan Ekor Spinosaurus Buktikan Bahwa Ia Dinosaurus Perenang Pertama

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 30 April 2020 | 14:00 WIB
Spinosaurus. (via National Geographic)

Ditemukan di empat benua, "spinosaurid" tambahan ini hampir pasti memakan ikan--berdasarkan anatomi tengkorak, struktur gigi dan, serta sisik ikan yang ditemukan terawetkan pada tulang rusuknya.

Pada awal abad ke-20, ahli paleontologi bermain-main dengan gagasan mengenai dinosaurus akuatik. Termasuk tentang kesimpulan bahwa dinosaurus pemakan tumbuhan besar hidup di laguna untuk membantu mendukung berat badan mereka yang sangat besar. Namun, penelitian anatomi selama beberapa dekade menunjukkan bahwa donosaurus berbagai bentuk dan ukuran, bahkan yang paling raksasa, bertahan hidup di daratan. Anatomi kaki belakang spinosaurid lainnya juga menyatakan bahwa mereka berjalan di darat.

Tanpa adanya kerangka Spinosaurus baru untuk diteliti, spesies tersebut ditakdirkan untuk ambigu.

Hilang dan ditemukan

Kejelasan baru hadir beberapa tahun setelahnya dari Maroko tenggara, di mana ribuan penambang lokal yang telah mengeksplor wilayah tersebut menemukan fosil yang terkubur ratusan juta tahun dalam sejarah Bumi. Berharap dapat menemukan sisa-sisa dinosaurus, beberapa penggali memfokuskan energinya pada Kem Kem beds, formasi batu pasir berusia 95 hingga 100 juta tahun yang membentang 200 mil dari timur Marrakesh hingga 150 mil ke arah barat daya.

Batuan tersebut menyimpan jejak dari apa yang dulunya merupakan sistem sungai luas di mana ikan-ikan seukuran mobil pernah berenang.

Ketika para penambang menemukan fosil, biasanya mereka akan menjual tulang-tulang tersebut di situs penjualan atau kepada eksportir. Industri penambangan fosil ini memberikan pemasukan vital bagi ribuan orang di wilayah tersebut, meskipun mereka beroperasi di wilayah abu-abu antara legal dan beretika. Para penambang menggali setahun penuh dan yakin bahwa mereka akan menemukan spesimen yang sangat berharga dibanding para akademisi yang hanya menggali satu kali dalam beberapa minggu atau tahun.

Ini membuat para ahli paleontologi akhirnya mencoba mengenal para penambang lokal dan secara rutin mengecek hasil penemuan mereka. Asisten profesor di University of Detroit Mercy, Ibrahim, yang merupakan keturunan Jerman dan Maroko, berkelana dari desa ke desa saat mengunjungi Maroko. Ia berdiskusi mengenai penemuan terakhir warga lokal sambil menyesap teh mint yang segar.

(Paolo Verzone/National Geographic)

Pada salah satu kunjungannya ke Erfoud pada 2008, Ibrahim—yang kala itu spesialis Kem Kem beds—bertemu dengan seorang pria yang menemukan tulang Spinosaurus. Pertemuan itu seperti takdir. Ibrahim sendiri sudah menyukai Spinosaurus sejak ia tumbuh di Berlin.

Rekan peneliti Ibrahim di Natural History Museum of Milan kemudian memberitahunya tentang lebih banyak tulang-tulang di Italia dan membantu mengamankannya ke Maroko. Perjalanan kedua yang dilakukan Ibrahim, Zouhri, dan ahli paleontologi dari University of Portsmouth, David Martill, pada 2013, membawa mereka ke singkapan Kem Kem di mana fosil tersebut berasal. Tim ini pun mulai lebih banyak menemukan fragmen tulang.

Ibrahim menggunakan fosil-fosil segar tersebut beserta artikel Stromer untuk merekonstruksi Spinosaurus. Hasil kerjanya, yang dipublikasikan pada Science di 2014, menyatakan fosil Maroko sebagai pengganti dari fosil asli Mesir yang hilang pada peristiwa pemboman Perang Dunia II. Rekonstruksi mereka menunjukkan bahwa makhluk tersebut berukuran 50 kaki ketika sudah tumbuh sempurna, lebih panjang dari T.rex dewasa.