Nationalgeographic.co.id – Para jerapah yang tinggal di dekat manusia, memiliki ikatan dan jaringan sosial yang lemah. Menurut studi yang dipublikasikan pada Journal of Animal Ecology, itu dapat memengaruhi kemampuan ‘megaherbivora ikonik’ mereka dalam melakukan tugas sosial untuk bertahan hidup, seperti mencari makanan atau membesarkan anak.
Megaherbivora seperti jerapah merupakan ‘insinyur ekologi yang memainkan peran penting pada ekosistem sabana Afrika’. Namun, populasi mereka—sama seperti gajah dan badak—telah menurun drastis di seluruh benua. Ancaman utama yang menghantui megaherbivora tersebut adalah perburuan liar yang menargetkan daging mereka, juga kerusakan habitat akibat deforestasi dan alih fungsi lahan.
Baca Juga: Peneliti LIPI Menemukan Katak Mini Jenis Baru di Pulau Sumatra
Untuk mengetahui seberapa besar peran manusia pada struktur sosial jerapah, para peneliti dari Penn State, University of Zurich, Max Planck Institute of Animal Behaviour dan University of Konstanz, memantau lebih dari 500 jerapah Masai betina selama enam tahun di utara Tanzania—sebuah area yang telah mengalami pertumbuhan polusi manusia sebanyak 3% antara tahun 2003-2012 dan menambah hampir 800 ribu penduduk.
Jerapah yang diidentifikasi secara individu dan difoto antara 2011-2016 memungkinkan para peneliti untuk mempelajari ‘jejaring sosial’ mereka. Juga bagaimana interaksi antarjerapah dipengaruhi oleh gangguan manusia.
“Di Tanzania, jerapah umumnya ditoleransi manusia karena mereka tidak menimbulkan konflik dengan petani atau ternak,” kata Derek Lee, profesor biologi di Penn State University sekaligus peneliti utama dari proyek studi jerapah jangka panjang.
“Namun, walaupun hewan-hewan ini tidak diburu dan dibunuh, peningkatan interaksi dengan manusia dapat memiliki efek mendalam, termasuk pada struktur sosial mereka,” imbuhnya.
Jerapah betina yang hidup di lingkungan masyarakat yang kompleks dan berlapis—terdiri dari 60 hingga 90 manusia—lebih suka bergaul dengan beberapa jerapah sambil menghindari yang lain. Jerapah yang tinggal di dekat manusia, kemungkinan memilih sebuah kelompok tertentu—menunjukkan bahwa kedekatan dengan manusia menciptakan eksklusivitas yang melemahkan hubungan sosial mereka.
Perubahan pada struktur sosial tersebut merupakan respons atas apa yang terjadi di lingkungan jerapah, yang dalam beberapa kasus, disebabkan oleh manusia.
Jerapah-jerapah yang tinggal di dekat permukiman penduduk akan sering bertemu dengan hewan ternak atau manusia. Itu membuat mereka yang tadinya bersama-sama, langsung terpisah dan sulit untuk mempertahankan kelompoknya.
Jerapah yang tinggal di dekat kandang ternak di Afrika, menunjukkan hubungan terlemah. Disebabkan oleh berkurangnya sumber makanan akibat penebangan kayu bakar.
Baca Juga: Tiongkok Hapus Trenggiling Dari Daftar Resmi Pengobatan Tradisional