Kuasa Everest: Puncak Yang Menyimpan Cerita Manusia dan Takdir Semesta

By Fikri Muhammad, Minggu, 12 Juli 2020 | 22:02 WIB
WISSEMU ()

Everest merupakan gunung tertinggi di dunia. Salah satu tempat manusia mengukuhkan diri di puncak. Sama seperti perlombaan lainyam sejak 1920 Everest telah dijejaki oleh tim Andrew Irvine dari Inggris. Pendakianya menyimpan misteri sehingga kisahnya tercatut dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Juli sebagai Misteri Besar Everest.

Titania Febrianti, Contributor Editor National Geographic Indonesia menjelaskan bahwa tim Irvine yang melewati jalut timur laut tidak berhasil pulang. Namun, beberapa pendaki saat itu sempat melihat siluet lelaku di atas bebatuan. Sehingga pada 2019 lalu, National Geographic menugaskan Mark dan Renan Ozturk untuk melakukan ekspedisi jasad Irvine. 

Kisah pendakian Everest nyatanya juga di capai oleh para mendaki Indonesia. Melalui tajuk Merah Putih di Atap Everest. Journalist National Geographic Indonesia, Fikri Muhammad, menjelaskan berbagai capaian prestasi para pendaki Indonesia. Dengan berbagai rintangan yang dihadapinya, mereka mampu mencapai puncak everest. Walaupun beberapa diantaranya juga gagal menggapainya.

Masuk ke tahap diskusi, Sofyan Arief, pendaki dari ISSEMU yang juga turut hadir dalam diskusi daring mengatakan berbagai cerita aklimatisasi sebelum mencapai puncak Everest. Juga memperlihatkan foto-foto latar pendakian dengan berbagai rintanganya. 

"Setelah aklimatisasi, ada rotasi ke tiga. Kita harus ke camp 1 di 6.100 mdpl. Tantanganya yang pertama ice fall. Itu jatuh dari gunung gumpalan salju. Itu kita seperti di labirin, reruntuhan salju berantakan yang sulit dilewati. kita melewati icef all umumnya sebelu jam 2 malam untuk menghindari reruntuhanya," kata Sofyan.

Saat itu Sofyan juga sempat terkena longsoran salju.

"Untungnya nggak kena tepat di kepala saya. Jadi di depan saya baru ngegulung ke arah saya. perasaanya kaya seperti di rel kereta api. Kita berdiri di antara dua kereta dan berdiri diantaranya. Saya rasanya ingin meninggal, pas saya buka mata itu putih semua," ungkapnya. 

Setiap tim, menurut Sofyan punya waktu tersendiri untuk mencapai puncak. Mereka mempunyai rahasia tersendiri agar menghindari jalur pendakian tidak ramai. Untuk waktunya, di tentukan oleh stasiun cuaca dan ahli yang menganalisis windows summit. Tim Issemu pun akhirnya berhasil mencapai puncak pada 20 Mei 2011.

WISSEMU ()

Sementara itu, pengalaman lainya juga dialami para pendaki dari WISSEMU, yakni Fransiska Dimitri dan Mathilda Dwi Lestari. Mereka memulai dari Khatmandu (jalur utara) kemudian ke Lhasa menggunakan mobil ke Everest Base Camp di utara.

"Utara jalurnya cenderung lebih pendek dan kebanyakan jalurnya bebatuan dan pasir," ucap Mathilda. 

Mathilda melanjutkan ceritanya ketika hendak ke puncak. Setelah sampai di Camp 3 mereka berangkat pukul setengah 12 malam waktu Nepal.