Apakah Manusia Bisa Melakukan Hibernasi Seperti Beruang?

By National Geographic Indonesia, Rabu, 15 Juli 2020 | 10:04 WIB
Ilustrasi tidur nyenyak (AndreyPopov/Getty Images/iStockphoto)

Artinya, ada pelambatan reaksi kimia dalam tubuh untuk membuat mereka tetap hidup.

Detak jantung, pernapasan, dan konsumsi energi menurun dengan cepat, begitupun dengan suhu tubuh.

Kapan dan berapa lama mereka bisa berada dalam kondisi torpor berbeda-beda bagi setiap hewan, bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun, hingga beberapa jam per hari selama beberapa bulan.

Contohnya, tikus dan burung kolibri memasuki torpor dalam keseharian mereka apabila ingin menyimpan energi.

Hewan lain, seperti landak dan beruang, bisa berada dalam kondisi torpor yang lebih lama, biasanya selama musim dingin.

Ini yang kita sebut sebagai hibernasi.

Bagi spesies yang memasuki torpor setiap tahun, meskipun kondisi dunia luar stabil, fenomena ini dinamakan hibernator wajib.

Karena mamalia besar seperti beruang dan bahkan primata, seperti lemur kerdil berekor besar dari Madagaskar bisa berhibernasi menunjukkan bahwa secara teoretis, manusia tidak terlalu besar atau terlalu haus energi untuk dapat melakukan torpor.

Evolusi manusia juga tidak mencegah melakukan ini; kemampuan hibernasi bisa ditemukan pada berbagai jenis mamalia.

Hipotermia dan metabolisme yang terkontrol sering digunakan dalam praktik klinis, seperti saat operasi jantung dan setelah mengalami stroke untuk melindungi jaringan dari kerusakan ketika aliran darah berkurang.

Menurunkan suhu tubuh dan metabolisme berarti sel membutuhkan lebih sedikit oksigen, memungkinkan orang bisa bertahan hidup dalam kondisi tidak ada pengantaran oksigen.

Proses pendinginan artifisial pada manusia ini terlihat mirip dengan torpor pada hewan, termasuk penurunan aktivitas pernapasan, detak jantung dan metabolisme.