Populasi Satwa Liar di Dunia Menurun Hampir 70% dalam Waktu Kurang dari 50 Tahun

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 10 September 2020 | 18:21 WIB
Gajah-gajah hutan berkumpul di Suaka Khusus Dzanga-Sangha, sebuah suaka margasatwa bagi hewan ini. (Marcus Bleasdale)

Nationalgeographic.co.id – Data terbaru dari WWF Living Planet Report menunjukkan bahwa jumlah populasi dunia mengalami penurunan hampir 70% dalam waktu kurang dari 50 tahun. Hasil ini memberikan gambaran bagaimana penggundulan hutan, pertanian yang tidak berkelanjutan dan perdagangan satwa liar ilegal sangat berdampak pada kehidupan mereka.

Keadaan terus memburuk jika membicarakan kondisi satwa liar di planet kita. Laporan pada 2018 misalnya, mengungkapkan bahwa populasi global dari spesies vertebrata telah menurun 60% antara 1970 hingga 2014.

Kini, dilansir dari IFL Science, studi terbaru dari WWF yang mempelajari populasi spesies vertebrata antara 1970 hingga 2016, menemukan bahwa angkanya melonjak menjadi 68%.

“Kita tidak dapat mengabaikan bukti ini. Penurunan populasi satwa liar menjadi indikator bahwa alam sedang terganggu dan memberikan peringatan kepada kita mengenai kegagalan sistem,” kata Marco Lambertini, Direktur Jendral WWF International.

Baca Juga: Petani Alami Kesulitan Selama Pandemi, Ancaman Kelaparan Menghantui

Salah satu populasi yang paling terpukul adalah gorila dataran rendah timur, yang jumlahnya di Taman Nasional Kahuzi-Biega di Republik Demokratik Kongo telah menurun sekitar 87% antara tahun 1994 dan 2015—sebagian besar disebabkan perburuan ilegal.

Burung beo abu-abu Afrika di barat daya Ghana juga mengalami nasib serupa. Jumlahnya bahkan berkurang hingga 99% antara 1992 dan 2014 akibat perdagangan liar dan hilangnya habitat.

Untuk mendapatkan hasil ini, WWF Living Planet Report 2020 bekerja sama dengan lebih dari 125 ahli dari seluruh dunia dan bergantung pada Living Planet Index, catatan mengenai 21 ribu populasi dari 4.000 spesies vertebrata dari tahun 1970 hingga 2016 yang dikumpulkan Zoological Society of London. 

Temuan utama menunjukkan 68% penurunan pada populasi satwa liar global. Artinya, populasi hewan yang termasuk dalam penelitian tersebut rata-rata berkurang hingga 68%.

Keindahan habitat satwa liar di Kenya. (David Chancellor)

Laporan tersebut mengatakan bahwa 2020 telah menjadi tahun penting yang memaksa kita untuk mengevaluasi kembali hubungan manusia dengan alam. Pandemi global yang sedang berlangsung, peristiwa cuaca ekstrem, kebakaran hutan yang menghancurkan, semua terjadi di tahun ini.

“Di tengah pandemi global, penting untuk mengambil tindakan global yang belum pernah dilakukan untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati dan populasi satwa liar di seluruh dunia, juga melindungi kesehatan dan mata pencaharian di masa depan. Kehidupan kita sangat bergantung padanya,” ungkap Lambertini, seperti yang dikutip dari IFL Science

Baca Juga: Ada 14 Lumba-lumba Mati Terdampar Setelah Tumpahan Minyak di Mauritius

Meskipun hasil studinya suram, tapi peneliti mengatakan masih ada harapan untuk membalikkan situasi.

WWF, bersama dengan lebih dari 40 LSM dan institusi akademis, juga telah menerbitkan makalah di jurnal Nature yang menguraikan upaya untuk mengatasi masalah ini.

Bertajuk Bending the curve of terrestrial biodiversity needs an integrated strategy, studi tersebut berpendapat bahwa upaya global yang terkoordinasi, lebih berani dan lebih ambisius, perlu dilakukan jika ingin menstabilkan dan membalikkan kondisi hilangnya keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh perusakan habitat oleh manusia.

Menurut mereka, caranya bisa dimulai dengan membuat produksi makanan lebih efisien, mengurangi limbah, dan memilih pola makan yang lebih ramah lingkungan.