Nationalgeographic.co.id – Bumi saat ini sedang mengalami kepunahan massal keenam—tingkat kehilangan satwa liar yang belum pernah terjadi sejak musnahnya dinosaurus. Menurut para peneliti, peristiwa tersebut berlangsung semakin cepat.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jumlah hilangnya verterbrata yang hidup di daratan meroket dengan kecepatan tinggi. Begitu pula ratusan spesies lain yang berada di jurang kepunahan.
Dipublikasikan pada jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti dari Stanford University menunjukkan bagaimana spesies-spesies di seluruh dunia terancam punah akibat tekanan manusia, termasuk pertumbuhan populasi, kerusakan habitat, perdagangan liar, polusi, dan perubahan iklim.
Baca Juga: Aktivitas Manusia Akan Menghapus Sejarah Evolusi Bumi Selama 50 Miliar Tahun
Mereka menemukan bahwa setidaknya 515 spesies vertebrata darat memiliki jumlah populasi di bawah 1.000 dan bisa saja benar-benar hilang dalam dua dekade mendatang—mayoritas hidup di wilayah tropis dan subtropis di Amerika, Afrika, dan Asia. Hewan-hewan tersebut meliputi badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), kura-kura raksasa Española (Chelonoidis hoodensis) dan katak Harlequin; spesies unik dan menakjubkan yang tersisa sangat sedikit di alam liar.
Salah satu temuan studi ini adalah efek domino kepunahan yang terjadi pada spesies lainnya. Para peneliti menyebutnya “kepunahan menghasilkan kepunahan”.
Diketahui bahwa ada 84% spesies yang populasinya berada di bawah 5.000. Mereka hidup bersama spesies dengan populasi di bawah 1.000. Menurut para peneliti, itu merupakan bukti dari reaksi berantai di mana satu spesies yang sedang berjuang mempertahankan populasinya, dapat merusak ekosistem sekitar.
Saat ini, Bumi sedang menghadapi kepunahan biologis. Semua lima peristiwa kepunahan sebelumnya disebabkan oleh kekuatan astronomis atau geologis, seperti perubahan iklim akibat erupsi gunung berapi atau tabrakan meteor. Namun, kepunahan massal yang terjadi saat ini hampir semuanya disebabkan oleh aktivitas manusia.
Baca Juga: Pohon-pohon di Hutan Berusia Lebih Pendek Akibat Perubahan Iklim
Dalam studi tersebut, para ilmuwan mengungkapkan bahwa kepunahan massal keenam yang sedang berlangsung harus dianggap sebagai “ancaman lingkungan paling serius terhadap keberlangsungan peradaban”.
“Ketika manusia memusnahkan populasi dan spesies makhluk lain, mereka menggerogoti dan menghancurkan ekosistem yang mendukung kehidupannya sendiri,” kata Paul Ehrlich, Bing Professor of Population Studies, Stanford School of Humanities and Studies.
“Konservasi spesies yang terancam punah harus ditingkatkan ke keadaan darurat nasional serta global. Bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga,” pungkasnya.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR