Nationalgeographic.co.id – Ketika membahas tentang permasalahan lingkungan, beragam isu pun mulai bermunculan. Apalagi jika membahas sampah plastik, inovasi yang menawarkan kemudahan ini ternyata justru berdampak negatif lain bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Jenis plastiknya pun datang dari beragam sumber, mulai dari botol minuman, kantong plastik, sedotan, hingga kemasan plastik lainnya, semua tercampur tanpa adanya pemisahan sampah sebelumnya.
Permasalahan sampah plastik juga diakibatkan karena rendahnya daur ulang plastik dan tingginya konsumsi kemasan plastik sekali pakai seperti kantong kresek.
Dikutip dari laman Mongabay, Sustainable Waste Indonesia (SWI) menyebut bahwa hanya kurang dari 10 persen sampah plastik yang terdaur ulang sementara lebih dari 50 persen sisanya tetap berakhir ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Baca Juga: Ketika Pembunuh John Lennon Meminta Maaf Kepada Yoko Ono
Artinya, jika dibiarkan sampah plastik hanya dibiarkan menumpuk dan bercampur dengan sampah organik dan B3 lainnya.
Belajar Dari Jawa Timur
Tahun lalu, Kota Surabaya memenangkan tiga penghargaan lingkungan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) yakni Adipura Kencana, Kinerja Pengurangan Sampah, dan Nirwasita Tantra. Pencapaian ini tentunya tidak dapat dilakukan sendirian, perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak.
Tidak hanya di tingkat kota, Provinsi Jawa Timur juga memenangkan Anugerah Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan tahun 2019 lalu.
Berbagai upaya mulai dilakukan masyarakat, komunitas, pihak industri, dan juga pemerintah untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat rendahnya pengelolaan sampah.
Baca Juga: Dari Sumba Hingga Lasem, Jelajah Wisata dan Budaya Indonesia Bersama Virtual Heritage
Ekonomi sirkular jadi solusi