Visi Baru Viking

By , Senin, 10 April 2017 | 19:59 WIB

Kini, penjelajahan pelaut Viking di Dunia Baru termasuk salah satu kiprah mereka yang paling misterius dan kontroversial. Menurut saga Nordik, pelaut Viking berlayar ke barat dari Greenland dalam empat ekspedisi besar, mencari kayu dan sumber daya lain. Mereka sudah memperhatikan keadaan pesisir timur laut Kanada sejak 985, lalu bermusim dingin di perkemahan kecil, memotong kayu, memetik anggur liar di tempat yang mereka sebut sebagai Vinland, melahirkan, serta berdagang dan berkelahi dengan penduduk pribumi.

Pada 1960, penjelajah Norwegia bernama Helge Ingstad mencari perkemahan Viking. Di ujung utara Newfoundland, di L’Anse aux Meadows, tuan tanah mengantarnya ke bukit yang konturnya mirip rumah panjang. Di dekatnya, terdapat rawa gambut yang mengandung bijih besi rawa, sumber bijih besi penting bagi bangsa Viking. Penggalian menyingkapkan tiga balai besar, beberapa gubuk, tungku pengolah bijih besi rawa, dan butternut (semacam labu kecil) dari pohon yang tumbuh ratusan kilometer di selatan. Jika digabungkan, penemuan ini dan petunjuk saga menyiratkan dengan kuat, kaum penjelajah Viking tak hanya mendarat di Newfoundland, namun menjelajah lebih ke selatan.

Belakangan, arkeolog Kanada menemukan jejak pedagang Viking di Arktika Kanada. Patricia Sutherland, adjunct professor di Carleton University di Ottawa, sedang menelusuri koleksi lama di Canadian Museum of History di dekat Ottawa ketika menemukan beberapa potong benang Viking. Dipintal oleh penenun terampil, benang ini berasal dari situs yang dihuni oleh suku Dorset, suku Paleo-Eskimo yang tinggal di Arktika hingga abad ke-15. “Waktu itu saya berpikir, ini mustahil,” kata Sutherland, jadi dia memperluas pencarian di museum dan menemu-kan kumpulan artefak Viking, dari batu asah untuk pisau logam hingga tongkat hitung untuk mencatat transaksi dagang.

Temuan paling menarik adalah wadah batu kecil untuk melelehkan logam. Ia menelitinya dengan le-bih saksama dengan mikroskop pemin-dai elektron. Di permukaan wadah bagian dalam, mereka mendeteksi sisa perunggu dan bola kaca kecil yang terbentuk saat mineral dilelehkan pada suhu tinggi—bukti menggiurkan tentang peng-olahan logam gaya Viking. Sutherland menduga, pelaut Viking dari Greenland berlayar ke Arktika Kanada untuk berdagang dengan pemburu pribumi, membarter pisau logam dan asahan dengan kulit bulu rubah arktika tebal dan gading walrus—barang mewah untuk pasar Eropa.

“Ini mencengangkan,” dia terkagum-kagum, “sisa kecil tembok gambut ini diidentifikasi dari 770 kilometer di luar angkasa.”

Namun, melacak ekspedisi Viking lain yang disebut di dalam saga, tetap merupakan tantangan besar. Untuk menemukan situs poten-sial, arkeolog harus menyisir ribuan kilometer pesisir terpencil. Tiga tahun silam, arkeolog Sarah Parcak dari University of Alabama at Birmingham mencoba pendekatan baru.

Parcak, penerima hibah National Geographic, menggunakan pencitraan satelit untuk men-deteksi situs arkeologi potensial. Di Islandia, dia mendeteksi hal yang sepertinya tembok lem-peng gambut. Saat arkeolog Douglas Bolender dari University of Massachusetts Boston menyelidikinya, dia menemukan sisa bangunan dan tembok lempeng gambut setinggi 15 sentimeter, yang terkubur—persis di tempat yang disarankan Parcak. “Ini mencengangkan,” dia terkagum-kagum, “sisa kecil tembok gambut ini diidentifikasi dari 770 kilometer di luar angkasa.”

Parcak dan timnya pun mulai menilik citra satelit Kanada Atlantik. Di Newfoundland bagian barat daya, mereka menemukan kumpulan mirip tembok gambut di semenanjung bernama Point Rosee. Point Rosee terletak di jalur laut menuju tanah yang ditumbuhi pohon butternut dan anggur liar. Seperti L’Anse aux Meadows, tempat ini terletak di sebelah rawa gambut luas tempat pelaut Viking dapat mengumpulkan bijih besi.

Dalam penggalian kecil pada 2015, Parcak menemukan sesuatu mirip tembok lempeng gambut, juga lubang besar yang tampaknya digunakan untuk mengumpulkan bijih rawa. Tetapi, penggalian lebih besar pada musim panas silam menimbulkan keraguan tentang penafsiran ini, yang menyiratkan bahwa tembok lempeng gambut dan akumulasi bijih rawa itu adalah hasil proses alami. Kini, Parcak menunggu hasil uji tambahan untuk memperjelas situasinya.

“Mencari bangsa Nordik di sini ibarat mencari jarum di tumpukan jerami,” kata Milek. Citra satelit adalah salah satu cara terbaik untuk melakukannya.”

Parcak merasa, ia dan timnya  sedang me-ngembang-kan cara ilmiah yang akurat, untuk mencari situs Viking di Amerika Utara. Rekannya Karen Milek, arkeolog University of Aberdeen, sepakat. “Mencari bangsa Nordik di sini ibarat mencari jarum di tumpukan jerami,” kata Milek. Citra satelit adalah salah satu cara terbaik untuk melakukannya.”

Di hari musim dingin yang berangin, saya naik taksi ke Bandara Sumburgh di Shetland. Saat itu pagi hari setelah Up Helly Aa. Tak banyak warga Shetland yang sudah bangun setelah semalaman bersuka ria. Pedang dan helm sudah disimpan, anak-anak sedang tidur, bermimpi tentang raja laut. Kapal kayu, kini tinggal abu di lapangan.

Namun, bayangan akan bangsa Viking, romansa kaum utara pemberani yang membuat kapal besar dan mengarungi laut es ke dunia baru, serta sungai berkelok ke pasar di Timur, tak akan pernah usang. Mereka akan terus hidup di sini dan di wilayah utara, semangat zaman yang tak akan lekang oleh waktu.