Desanya Tak Lagi Membara, Warga Sei Pakning Dulang Berkah Wangi dari Lahan Gambut

By Sheila Respati, Rabu, 9 Desember 2020 | 11:19 WIB
Ketua Unit Serai Wangi Subekti mengamati proses penyulingan minyak atsiri serai. (National Geographic Indonesia)

Kehadiran tanaman serai wangi di Desa Pakning Asal tak lepas dari peran Pertamina dalam menciptakan masyarakat berdikari di atas lahan gambut.

Sebagai informasi, lokasi Desa Pakning Asal bersisian dengan area kerja PT Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai Area Operasi Sei Pakning yang rata-rata wilayahnya terdiri dari lahan gambut.

Pada musim kemarau lahan gambut memiliki risiko tinggi mengalami kebakaran. Oleh sebab itu, nyaris setiap tahun warga harus mengalami dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Pada 2013, Pertamina bekerja sama dengan dinas pemadaman Karhutla, menginisiasi program Kampung Gambut Berdikari. Warga desa dididik untuk menjadi Masyarakat Peduli Api (MPA). Pada 2017, program tersebut berkembang menjadi pemberdayaan masyarakat pasca-Karhutla.

Baca Juga: Kepo Hutan: Peta Daring untuk memantau Kebakaran Lahan dan Deforestasi di Indonesia

General Manager PT Pertamina RU II Dumai Didik Bahagia mengatakan, upaya-upaya tersebut dilakukan dengan menggandeng kelompok tani.

“Kami bekerja sama dengan kelompok tani untuk membuat arboretum,  menanam serai, dan nanas. Kami juga membuat materi ajar tentang lahan gambut yang dibagikan ke 27 sekolah binaan Pertamina melalui Program Cinta Gambut,” ujarnya.

Arboretum Gambut dan budidaya nanas dibuat di Kampung Jawa, Kelurahan Sungai Pakning. Sementara itu, di Desa Pakning Asal yang merupakan tetangga Kampung Jawa, serai wangi dibudidayakan.

Kebun nanas menjadi penyekat bakar Karhutla. Nanas dipilih karena merupakan tanaman yang zero waste. (National Geographic Indonesia)

Arboretum Gambut, luasnya mencapai 1 hektare. Area tersebut menyimpan tanaman khas gambut, termasuk tanaman langka kantong semar.  Arboretum dirintis oleh warga Kampung Jawa, Sadikin (49), mitra Pertamina yang telah mendapat pelatihan MPA dan mendapat predikat fireman dan safetyman.

Di kawasan ini Pertamina dan warga desa membangun embung untuk membantu pemadaman ketika terjadi Karhutla. Pertamina kemudian menambahkan sejumlah fasilitas untuk menjadikan arboretum sebagai kawasan eduwisata.

Baca Juga: Pentingnya Produk Hukum bagi Perlindungan Hutan dan Lahan Gambut Indonesia