Kopi Kang dan Budidaya Maggot, Upaya Unik Warga Jawa Barat Jaga Kelestarian Lingkungan

By Nana Triana, Jumat, 11 Desember 2020 | 17:46 WIB
Petani berjalan di antara pohon kopi di Cipaganti, Cisurupan, Kabupaten Garut. (SEPTIANJAR MUHARAM)

Baca Juga: Bebila dan Jalak Anguci, Tarian Sunyi Komunitas Kolok dari Desa Bengkala

“Bahkan, pernah 100 kilogram lebih sampah habis terurai hanya dalam 1 hari,” kata Yanto.

Kehadiran Bu Manik di Cipamokolan membuat warga hidup nyaman tanpa perlu menutup hidung karena bau tak sedap yang dihasilkan sampah yang menumpuk.

Suasana tempat Budidaya Maggot dan Pupuk Organik BU MANIK. ()

Aang Suhara, pengurus RW 02 di Kelurahan Cipamokolan mengatakan, dengan adanya budidaya maggot sebanyak 50 persen total sampah yang dihasilkan warganya dapat terurai dengan cepat.

“Dahulu sampah bisa sampai empat kali diangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sejak adanya sistem pengolahan sampah dengan maggot BSF, truk sampah hanya dua kali datang,” ujarnya.

Tak hanya itu, pupuk organik yang dihasilkan maggot berhasil menjadi ladang penghasilan baru. Selain itu, lalat BSF terus menghasilkan larva yang cukup banyak. Kelebihan maggot dapat dijadikan pakan ayam dan ikan lele.

Baca Juga: Deretan Destinasi untuk Menikmati Petualangan Luar Biasa di Indonesia

“Terkadang yang terlihat jelek dan menjijikkan, justru jadi pembawa keberuntungan,” kata Yanto.  

Langkah PT Pertamina (Persero) memberikan bantuan kepada Yayasan Muka Geni dan menginisasi program Bu Manik ini menjadi bentuk dukungan perseroan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Terutama, pada poin melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem daratan.