Merangkum Kisah Pewujudan Kesejahteraan dari Sabang sampai Merauke

By Fathia Yasmine,Nana Triana,Yussy Maulia, Jumat, 11 Desember 2020 | 20:36 WIB
Ana Susianti (27) merawat tanamannya di kebun depan rumahnya di Dusun Bendo, Ngentakrejo, Lendah, Kulonprogo, DI Yogyakarta. (Hendra Nurdiyansyah)

Di wilayah Timur Indonesia upaya untuk menciptakan masyarakat yang berdikari dilakukan Pertamina. Dua di antaranya adalah mendukung kewirausahaan penyandang disabilitas yang bernaung dalam Yayasan Garuda Rinjani di Nusa Tenggara Barat dan Kobek Millenial di Papua.

Yayasan Garuda Rinjani menjadi tempat bernaung para penyandang disabilitas di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Yayasan ini memberdayakan masyarakat difabel dengan merangkul mereka untuk memproduksi alat-alat kebersihan, seperti sapu, kemoceng, dan kain pel. Total, ada 40 penyandang disabilitas yang tergabung dalam yayasan ini.

Sunardi, Ketua Yayasan Garuda Rinjani mengatakan, misinya menginisiasi yayasan tersebut adalah untuk membuktikan bahwa penyandang disabilitas berdaya dan berdikari.

“Sebagai warga minoritas, sulit untuk memenuhi kebutuhan harian untuk kesejahteraan. Di sisi lain, kami juga ingin mandiri dan tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah atau santunan lainnya,” ujar Sunardi.

Komunitas difabel Garuda Rinjani di Kota Mataram, Lombok ()

Pertamina membantu upaya Sunardi dengan mendukung workshop-workshop yang diberikan bagi anggota yayasan. Selain itu, menyediakan sarana dan prasarana berupa pondok untuk berkarya.

Saat ini Garuda Rinjani tak hanya jadi tempat mendulang rezeki bagi penyandang disabilitas, tetapi juga bagi warga di sekitar pondokan yang perekonomiannya terdampak pandemi Covid-19.

Sementara itu, Kobek Millenial menggerakkan masyarakat untuk mengubah sampah batok kelapa menjadi “emas”. 

Kobek Millenial dirintis oleh Mama Yane Maria Nari, seorang pengrajin yang karya-karyanya memanfaatkan sampah sisa konsumsi. Mama Yane memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan di Bantul, Yogyakarta.

Sekembalinya dari Yogyakarta, Mama Yane mendirikan rumah produksi Kobek Millenial Papua. Pertamina mendukung Mama Yane dengan memberikan mesin produksi.

“Pulang dari Yogya, Pertamina bangun rumah produksi dan datangkan mesin-mesin ini. Baru kita mulai duduk kerja-kerja. Anak-anak buka saja di Youtube. Oh, ini bikin begini-begini. Mereka tidak pergi belajar, Mama yang pergi belajar untuk dapat mesin. Mereka tinggal buka-buka saja di Youtube dan kerjakan barang-barang ini,” ujar Mama Yane.

Tempurung kelapa yang tidak berharga diubah menjadi kerajinan yang harganya berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 2 juta.

Upaya-upaya tersebut merupakan wujud energi untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan demi Indonesia yang unggul dan sejahtera.