Melihat Ulang Bagaimana Sudut Pandang Menjadi Seorang Pejalan

By National Geographic Indonesia, Selasa, 15 Desember 2020 | 11:45 WIB
Mama-mama penenun duduk seraya menjaga kain tenun ikat jualannya di Pasar Alok, Maumere, Kabupaten Sikka. Saban Selasa, lapak tenun di pasar ini akan selalu penuh sesak dengan mama penenun menjual hasil tenunannya. Ini menjadi daya tarik wisata di Maumere. (Mikael Jefrison Leo)

Sementara itu Tim National Geographic Indonesia yang rupanya sudah menggelar perjalanan yang diberinama Untold Flores. Penjelajahan terkait menelisik kawasan pedalaman untuk menemukan suatu yang baru yang mungkin dapat dikembangkam untuk destinasi wisata. “Tentu itu masih potensial, tapi kita perlu berbicara bahwa untuk wisata minat khusus ini sebenarnya wisata-wisata yang misterius yang bisa membuka wawasan kita lagi tentang sisi lain Flores,” pandu Yoan pada sela diskusi.

Serambi Soekarno yang terletak di Gedung Provinsial SVD, Ende, Kabupaten Ende, diresmikan pada Januari 2019 sebagai upaya napak tilas kehidupan Bung Karno saat pengasingan di kota Ende pada tahun 1938. Keberadaan situs ini juga bisa menjadi pilihan wisata minat khusus akan sejarah. (Mikael Jefrison Leo)

Rupanya melalui penjelajahan itu, Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia bersama tim Untold Flores melakukan perjalan dari Maumere ke arah Labuan Bajo. Juga sudah melakukan perjalanan dari Maumere ke Larantuka pada tahun sebelumnya. Membawa cerita tentang tanaman pangan dan pelayaran sandeq ke Australia dari Mandar yang sempat singgah di Larantuka.

“Ada satu yang hilang di Flores, yaitu jalur barter,” tambah Didi. Flores sangat erat dengan barter. Di kampung-kampung para tetua adat mengajarkan orang gunung supaya tidak menenun sebab orang pesisir juga melakukannya. Sehingga ketika melakukan ritual, orang gununglah yang menggunakan hasil tenunan itu. Sebaliknya orang gunung membawa jagung dan kemiri untuk ditukarkan dengan tenun. Lalu mereka bisa melakukan ritual.

Tim Untold Flores menemukan ada kekhasan di Flores, membangunnya dengan ‘jalur’, selain adanya pola perjalanan setiap lokasi. Kita bisa mengedepankan narasi-narasi tentang jalur barter di Flores. Adalah identitas kita sebagai kesatuan pulau yang punya keunikan atau pusparagam yang luar biasa. Meskipun, menurut Didi, ia merasa harus mati dan hidup berkali-kali untuk mengetahui cerita dari pulau ini.

Daripada itu, sebagai pejalan atau orang yang gemar bercerita dan bernarasi, apa yang dapat kita upayakan untuk kehidupan yang sekali ini?

Bapa Benyamin Ampur bergambar bersama replika Mama Flo, atau spesies manusia kerdil Homo floresiensis, yang tersimpan pada sebuah etalase kaca di gedung pusat informasi pelancong (Tourist Information Center) situs arkeologi Liang Bua, Desa Liang Bua, Kabupaten Manggarai. Benyamin Ampur sudah menjaga situs ini sejak tahun 2013. (Mikael Jefrison Leo)

UNTOLD FLORES merupakan perjalanan untuk menyingkap sejarah, budaya, alam, dan cerita manusia di Flores, Nusa Tenggara Timur. Tujuannya, membangkitkan gairah perjalanan wisata berbasiskan narasi tentang sebuah tempat, sekaligus membangun kesadaran warga dan pejalan tentang pentingnya memuliakan nilai-nilai kampung halaman. Perjalanan ini merupakan bagian penugasan National Geographic Indonesia,yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.