Tak Hanya Sebabkan Krisis Kesehatan dan Ekonomi, Covid-19 Turut Ancam Keberlangsungan Ekosistem Laut

By Sheila Respati, Minggu, 27 Desember 2020 | 11:03 WIB
pandemi Covid-19 memicu peningkatan pencemaran lingkungan laut dari limbah plastik bekas alat pelindung diri (APD). (Shutterstock)

Melansir Kompas.com, Selasa (22/12/2020), Pendiri Oceans Asia Gary Stokes mengungkapkan kepada AFP, pihaknya menemukan tumpukan limbah masker sekali pakai di pantai-pantai Hong Kong.

“Para Konservasionis kami menemukan 70 sampah masker di sepanjang 100 meter garis pantai. Ada sekitar 30 masker lain yang hanyut ke laut,” papar Gary.

Situs Ocean Conservancy mencatat, terdapat 129 miliar masker sekali pakai dan 65 miliar sarung tangan medis yang digunakan di seluruh dunia setiap bulan. Jumlah ini dilaporkan terus meroket setelah Covid-19 mewabah dari awal Maret 2020.

Tren belanja online dan food delivery meningkat

Tidak hanya limbah medis, meningkatnya aktivitas belanja online dan food delivery ditengarai juga jadi penyebab bertambahnya sampah plastik di laut sepanjang masa pandemi.

Perusahaan layanan transportasi GoJek mengungkapkan, transaksi daring mengalami peningkatan signifikan. Transaksi di berbagai jenis layanan ini sebagian besar melibatkan penggunaan plastik.

“Transaksi layanan pada Maret sampai Mei 2020 untuk GoFood dan GoMart naik hingga tiga kali lipat dibandingkan periode sebelumnya, yakni Desember 2019 sampai Februari 2020,” jelas Chief of Corporate Affairs Nila Martina , dikutip dari Kompas.com, Senin (13/7/2020).

Untuk mengakali penggunaan plastik berlebih, GoJek telah menyiapkan insulated bag atau tas pengantar makanan khusus kepada mitra pengemudi.

Baca Juga: Daur Ulang Baju Wisuda Sebagai APD, Beramal Membantu Tenaga Medis

Insulated bag ini dirancang guna memudahkan mitra driver dalam mengantarkan pesanan dan mengurangi penggunaan kantong plastik,” terang Vice President Ops & Jabodetabek Gede Manggala kepada Kompas.com, (8/3/2020).

Namun sayangnya, insulated bag ini masih belum bisa diterima seluruh mitra GoJek. Banyak driver GoJek mengaku belum mendapatkan tas pesan-antar ini lantaran persediaannya terbatas.

Mengutip Kompas.com, Selasa (22/12/2020), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut, selain tren makanan pesan-antar, intensitas belanja online meningkat tajam selama masa work from home (WFH) atau masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), khususnya di wilayah Jabodetabek.