Tak Hanya Sebabkan Krisis Kesehatan dan Ekonomi, Covid-19 Turut Ancam Keberlangsungan Ekosistem Laut

By Sheila Respati, Minggu, 27 Desember 2020 | 11:03 WIB
pandemi Covid-19 memicu peningkatan pencemaran lingkungan laut dari limbah plastik bekas alat pelindung diri (APD). (Shutterstock)

Sumber yang sama menyebutkan, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan laut sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau 85.000 ton kantong plastik.

Bila kondisi ini dibiarkan, akan membahayakan biota laut, khususnya perairan Indonesia. Pasalnya, sampah plastik yang telah menjadi mikroplastik bisa tak sengaja turut termakan oleh biota laut. Hal ini bisa membunuh fauna laut perlahan-lahan.

Perlu penanganan konkret

Masalah sampah plastik harus menjadi perhatian serius. Dibutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk menanggulanginya, termasuk kesadaran masyarakat.

Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah memilah sampah dan mendaur ulang.

“Masih sedikit warga yang melakukan aksi daur ulang dan membatasi diri untuk tidak menggunakan plastik,” kata Peneliti Pusat Oseanografi LIPI Intan Suci Nurhati dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Selasa (28/5/2020).

Baca Juga: Kolaborasi Usaha Rintisan Mampu Tangani Sampah Plastik Pascakonsumsi?

Menurut Intan, perlu ada langkah konkret dari masyarakat dan pembuat kebijakan untuk menangani kasus serius ini.

Intan mencontohkan, masyarakat bisa memulai dengan membeli barang tanpa pembungkus plastik, meminta penjual mengurangi bungkus plastik, membeli barang dalam kemasan besar, memanfaatkan kembali pembungkus plastik setelah dibersihkan, melakukan daur ulang, dan berbelanja barang di lokasi yang lebih dekat.

Selain upaya kecil dalam kegiatan sehari-hari, stakeholder yang terkait langsung dengan laut pun bisa ikut berkontribusi. Contohnya, PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero).

Perusahaan pelat merah tersebut menggandeng NGI untuk menginisiasi program “Merajut Indonesia”. Lewat program ini, ASDP akan membangun kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik bagi biota laut.

Pada periode 24-26 Desember 2020 ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan tim National Geographic Indonesia akan menggelar acara berkonsep edutainment yang diisi dengan talkshow dan stand up comedy di Pelabuhan Merak, Banten.

Baca Juga: Indonesia Masih di Posisi Kedua Terbanyak Hasilkan Sampah di Lautan

Talk show akan membahas mengenai dampak sampah laut terhadap kelestarian biota laut, keberlanjutan sumber daya laut, dan kesehatan masyarakat. Sementara stand up comedy akan diisi dengan topik edukasi pentingnya menjaga laut dari pencemaran sampah dengan gaya yang santai dan sederhana.

Kemudian, ASDP juga akan menyediakan tempat penukaran sampah plastik. Penumpang kapal ASDP dapat memperoleh beragam merchandise saat menukarkan sampah plastik mereka.

Pada program Merajut Indonesia, ASDP menyediakan drop box sampah plastik di berbagai sudut kapal dan pelabuhan. Berbagai drop box sampah plastik ini nantinya akan ditempatkan di tiga pelabuhan, yakni Merak, Bakauheni, dan Ketapang.

Sebagai informasi, sebelum program Merajut Indonesia, ASDP juga telah melakukan berbagai program bina lingkungan terkait pengurangan sampah plastik di laut. Upaya tersebut sesuai dengan instruksi dalam United Nations Conventions on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.

Melalui program Bina Lingkungan, ASDP selalu berupaya untuk mencegah (prevent), mengurangi (reduce), dan mengontrol (control) berbagai upaya pencemaran laut, sesuai instruksi dalam UNCLOS 1982.

Beberapa langkah konkret yang telah dilakukan ASDP di antaranya adalah bantuan kapal pengeruk sampah yang diterjunkan di perairan Maluku, penerapan waste management di dalam kapal, dan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan untuk beroperasi.