Jelajah Samudra Kapal Portlink Zero dari Irlandia Utara ke Indonesia

By Fikri Muhammad, Selasa, 5 Januari 2021 | 15:00 WIB
Seorang juru mudi kapal Portlink Zero bernama Ilham Wijaya. Mengemudikan kapal di pelayaran Merak ke Bakauheni (Fikri Muhammad/National Geographic Indonesia)

Ini menjadi suatu tantangan menurut Solikin, pelaut Indonesia terkenal tangguh dan tidak mudah menyerah. Akan mencoreng nama Indonesia jika mengirim sinyal tersebut jika bukan karena keadaan kahar.

Channnel VHF 16, sebuah sinyal radio internasional yang digunakan untuk memberikan informasi keadaan darurat. (Fikri Muhammad/National Geographic Indonesia)

Bahan bakar minyak sudah habis total pada hari ketiga. Mesin pompa pun diganti pakai timba. Untungnya sinar terang pun datang. Manajemen pusat telah menyelesaikan kebutuhan bahan bakar. Kapal itu akhirnya berlabuh di Algeciras, Spanyol.

"Kita berlabuh tidak sampai 24 jam untuk bunker (isi minyak dan air bersih). Ada yang menarik, jika di Indonesia kita memberikan tip, di pelabuhan Algeciras tidak mau diberikan tip," Solikin menceritakan karakteristik pelabuhan itu. 

Memahami karakteristik pelabuhan adalah wajib bagi tiap pelaut. Ada panduan bahari atau pilot book yang perlu dipelajari untuk memahami sejarah, letak jangkar yang aman, karaktersitik masyarakat, mata uang, hingga navigasi di setiap tempat.

Baca Juga: Mutasi Baru COVID-19 Muncul di Beberbagai Negara, Bagaimana Bisa?

Setelah dari Algeciras, Portlink Zero melanjutkan perjalanan ke Malta dan Port Said di Mesir. Cerita menarik pun ada di pelabuhan ini. 

Ketika kapal sedang berjangkar, ada kelompok yang berpura-pura sebagai agen. Mereka naik ke kapal lalu mencari barang-barang yang bisa dilego. 

"Mereka bilang kapal ini mau dijual ke Inggris. Mereka mau ambil inventaris, tidak bawa senjata. Kita berkumpul dan melakukan penekanan dan melaporkan pada otoritas setempat. Di pelabuhan banyak yang model begitu. Itu terjadi saat kita membutuhkan pemandu untuk nyebrang ke Terusan Suez," kata Solikin. 

Bioskop adalahs alah satu fasilitas di Potlink Zero (Fikri Muhammad/National Geographic Indonesia)

Empat personil pengamanan mulai naik ke Portlink Zero saat berlabuh di Jeddah, Arab Saudi. Mereka adalah bekas tentara NATO yang dibekali senjata laras panjang dan amunisi.

Sebetulnya saat berada di Belfast juga sudah dilakukan pemagaran (hardening) lengkap dengan bazooka dan altileri lainya. Juga ada citadel, sebuah ruangan khusus yang dipersiapkan jika terjadi pembajakan. Lengkap dengan perbekalan, alat komunikasi, dan pengamanan berlapis.